Kisah Tragis Kuwu Pertama Desa Cilimus, Jasad Dimutilasi jadi 3 Bagian, Dikuburkan di 3 Tempat Berbeda

RADARKUNINGAN.COM - Nasib tragis dialami oleh Ki Sacawana. Kuwu atau kepala desa pertama di Cilimus ini mati karena dibunuh. Konon dibunuh oleh suruhan oknum Keraton Kasepuhan Cirebon.

Yang lebih tragis lagi, jasadnya dimutilasi menjadi 3 bagian. Kemudian bagian tubuhnya itu dikuburkan di 3 tempat yang berbeda. 

Ki Sacawana adalah sebutan dari Pangeran Adiredja Martakusumah. Dia masih keturunan petinggi Keraton Kasepuhan. Bahkan kakek buyutnya adalah sultan di keraton tersebut.

Ibunya berbama Nyi Mas Sri Murti Wulandari dan ayah bernama Pangeran Lubang Suryakusuma.

BACA JUGA:Rasmus Hojlund Gemilang, Onana oh Onana, Manchester United Tahan Imbang Spurs

Pangeran Suryakusuma adalah anak dari Pangeran Suryanegara II dari istri Ratu Pinangsih Sitoresmi atau Siti Khadijah binti Ki Kriyan.

Pangeran Suryanegara II adalah anak ke-2 dari Sultan Sepuh IV Raja Amir Sena Mohammad Jaenudin. Juga adik Sultan Sepuh V Sultan Matangaji. 

Ki Sacawana adalah orang yang paling berjasa kepada Desa Cilimus. Sekarang desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Desa ini didirikan dan dirancang untuk dijadikan pusat pemerintahan darurat Keraton Kasepuhan. Sebab, ketika itu Kesultanan Cirebon diancam dibumihanguskan oleh Belanda, akibat banyaknya pemberontakan.

BACA JUGA:Mumpung Harga Belum 'Digoreng' Yuk Koleksi 5 Jenis Janda Bolong Ini, Cocok Buat Dekorasi Rumah

Kasepuhan mengantisipasi jangan sampai seperti Keraton Banten. Keraton tersebut dibom oleh Belanda. Penyebabnya karena pemberontakan oleh Sultan Banten, ketika itu.

Pertanyaanya, mengapa Ki Sacawana malah dibunuh bahkan jasadnya dimutilasi secara sadis menjadi 3 bagian oleh oknum Keraton Kasepuhan?

Akun Sedjarah Koeningan Community dalam unggahan di facebook mengungkapkan penyebab dibunuhnya Ki Sacawana. Penyebab utamanya adalah pembangkangan yang dilakukan oleh Ki Buyut Sacawana terhadap Keraton Kasepuhan. 

Di hati sosok bernama asli Pangeran Adiredja Martakusumah itu masih menyimpan dendam akan nasib ayah juga kakeknya.

Sumber: