Daeng Soetigna dan Perubahan Angklung di Kuningan dari Pentatonis ke Diatonis Berguru ke Kuwu Kucit

Daeng Soetigna dan Perubahan Angklung di Kuningan dari Pentatonis ke Diatonis Berguru ke Kuwu Kucit

Daeng Soetigna, sosok yang berperan dalam perubahan angklung dari alat musik tradisional dengan nada pentatonis menjadi diatonis.-Collectie Tropen Museum - Tangkapan layar-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Bila bicara asal usul alat musik angklung, selalu tidak bisa dipisahkan dengan sosok yang bernama Daeng Soetigna.

Ketika itu, dia merupakan seorang guru di SMPN 1 Kuningan. Di Kota Kuda ada sejarah yang sangat penting terkait perkembangan angklung.

Pasalnya, pertama kali alat musik tradisional dari bambu itu berubah dari nada pentatonis ke diatonis, terjadi di Kabupaten Kuningan.

Selain Daeng Soetigna, ada tokoh lain yang berperan. Bahkan tak kalah hebat dengan dengan Sang Guru.

BACA JUGA:Menjelang Lebaran Haji, Pedagang Kambing di Pasar Hewan Ancaran Mulai Menerima Pesanan dari Jabodetabek

Namanya Kuwu Kucit. Dia merupakan kepala Desa Citangtu, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, sekitar tahun 1931 atau saat Daeng Soetigna mengajar di HIS (sekarang SMPN 1 Kuningan).

Pak Guru Daeng Soetigna pun belajar alat musik tradisonal ini dari Pak Kuwu. Hasilnya pun tak terduga.

Musik tradisional dari bambu itu bisa menjadi mendunia seperti sekarang ini.

Peristiwa itu sudah terjadi sejak lama. Pada tahun 1938 ada satu desa di kaki Gunung Ciremai. Namanya Desa Cutangtu. Desa itu berada di pinggiran Kuningan Kota.

BACA JUGA:Film Do You See What I See Tayang Perdana Hari Ini, Berikut Jadwal Tayang dan Harga Tiket di Bioskop Cirebon

Desa tersebut dipimpin oleh seorang pria yang menjadi kepala desa atau kuwu. Pria itu akrab dipanggil Kuwu Kucit. Padahal nama sebenarnya adalah Muhammad Sotari.

Selain menjadi orang nokor satu di Desa Citangtu, Kuwu Kucit ini juga memiliki keahlian lain, yakni bermain musik angklung. Musik tradisonal masyarakat Jawa Barat.

Bukan hanya piawai memainkan angklung, Pak Kuwu ini juga pandai membuat alat musik tradisonal dari bambu tersebut.

Pada sutu hari pada tahun 1938, datanglah seorang guru dari SMP 1 Kuningan. Namanya Daeng Soetigna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: