Penataan Kota Menuai Polemik, Ketua DPRD Kuningan: Ubah Kebiasaan

Penataan Kota Menuai Polemik, Ketua DPRD Kuningan: Ubah Kebiasaan

Penataan kota di wilayah Kabupaten Kuningan menuai polemik, terutama di Jl Siliwangi.-Andre Mahardika-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Polemik relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Jl Siliwangi masih berkepanjangan. Bahkan membuat ratusan Pedagang dengan menggeruduk kantor Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kuningan beberapa waktu lalu.

Masalah dipicu omzet penjualan PKL menurun drastis sampai 90 persen. Bahkan, tak sedikit nol penjualan sepanjang hari.

Lapak berdempetan, suasana sepi dan berdebu area Puspa Siliwangi, diperparah dengan sistem arus lalu lintas satu arah, menurut para pedagang menjadi faktor masyarakat atau konsumen enggan menepi.

Menyikapi polemik tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Kuningan, Nuzul Rachdy menganggap wajar ada pro dan kontra terhadap upaya dan kebijakan pemerintah.

BACA JUGA:Tak Terpilih Sebagai Pemain Terbaik, Ciro Alves Curhat Sosok Ini Lebih Tepat

Lantaran, dalam upaya mengubah wajah perkotaan, harus ada pengorbanan yang pastinya menimbulkan perdebatan.

"Wajar bila mereka mengeluhkan karena dari pendapatan yang berkurang. Tapi dalam merubah wajah kota agar bagus harus ada pengorbanan, tapi jangan mengabaikan mereka, berikan solusi sepadan agar pedagang nyaman," katanya kepada radarkuningan.com di ruang kerja.

Selain itu, Nuzul Rachdy menilai, untuk sementara waktu menyebut, pedagang terimbas pasti ada yang keberatan, merupakan hal yang wajar juga.

Karena, aktivitas jualan mereka harus rela dipindah ke tempat baru disaat dagangan dan kesehariannya berjalan sebagai roda ekonomi keluarganya masing-masing.

BACA JUGA:6 Fakta Menarik Persib Bandung Juara Liga 1 2023/2024, Dua Sosok Ini Jadi Pemecah Rekor Pertama

"Wajarlah para pedagang di pusat kota merasa keberatan, karena memang selama ini mereka berjualan kemudian pemerintah melakukan suatu penyesuaian, namun terutama yang dirasakan para pedagang dalam meningkatkan pendapatan atau income," katanya.

Namun demikian, dirinya berpendapat polemik Yanga ada memang terletak dari kebiasaan baru. Yang mana, untuk merubah suatu kebiasaan, tidaklah menjadi hal yang instan.

Selain memerlukan proses adaptasi , evaluasi dan ujicoba masih berjalan untuk meramaikan Puspa Siliwangi.

Diharapkan, masih katanya, baik pemerintah maupun pihak terimbas dan terlibat, Dapat segera menuai hasil maksimal dari segala perubahan dan upaya yang dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: