Akademisi Uniku: Macan Tutul Tak akan Faham Itu Area Pemukiman

Akademisi Uniku: Macan Tutul Tak akan Faham Itu Area Pemukiman

Dekan Fakultas Kehutanan UNIKU, Dr Yayan Hendrayana. -Andre Mahardika-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Menyikapi fenomena Macan Tutul turun gunung di Desa Gunungmanik, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, akademisi menyebut ada peran manusia di balik itu.

Dekan Fakultas Kehutanan UNIKU, Dr Yayan Hendrayana, SHut MSi beberkan faktor kemungkinan satwa liar itu mendekat ke area pemukiman.

Berdasarkan pengamatan pribadi sebagai dosen mahasiswa kehutanan, ia menjelaskan, faktor kemungkinan dari fenomena tersebut ialah adanya kepentingan satwa yang terganggu.

Setiap satwa apapun pasti memiliki habitat masing-masing. Salah satunya mengenai ekosistem dan rantai makanan.

BACA JUGA:Hati-hati! Ini 3 Bahaya Kucing Mengkonsumsi Coklat yang Perlu Kamu Tau!

"Ketika kepentingan dia terganggu, dia akan mencari haknya, misalnya pakan, yang biasanya daerahnya ada uncal atau hewan. Kalau sudah tidak ada, mereka pasti mencari entah kemana, kebetulan dekat ke pemukiman," jelasnya, kepada radarkuningan.com, Jumat, 19 Juli 2024.

Dekan mencontohkan, mungkin saja makanan Macan Tutul di wilayahnya berkurang. Sehingga, kondisi itu memaksanya untuk berpindah atau mencari mangsa tanpa mengetahui bahwa peredarannya mendekati area pemukiman.

"Contohnya, misalnya ini ya, mungkin mangsa atau makanan Macan Tutul diburu manusia, contoh berburu babi hutan mungkin, ini mungkin ya.”

“Saya rasa banyak masyarakat yang berburu babi hutan, untuk mungkin dijadikan adu Bagong atau apa, ini misal ya. Bisa saja salah satunya dari situ," dirinya mencontohkan.

BACA JUGA:3 Dampak Buruk Memberi Makanan Kucing Basah Setiap Hari, yang Masih Jarang DIketahui!

Masih dalam penjelasannya, poin penting dari fenomena macan tutul, dari segi akademik keilmuwan, dirinya menekankan untuk tidak menyalahkan satwa lindung dimaksud.

Namun, apakah ada habitat yang terganggu oleh ulah manusia atau apa. Karena, satwa apapun tidak bakal memahami bahwa keberadaannya mendekat ke pemukiman warga.

"Menariknya gini, ketika ada macan satu nongol, itu rame, pasti. Tapi ketika 100-200 orang masuk ke hutan, biasa saja, ya karena si macan tidak punya medsos. Tidak adilnya disitu, mungkin kata si macan, saya cuma nongol dan tidak mengganggu, eh viral," jelasnya lagi.

Disinggung mengenai Insting Macan tutul, dosen mahasiswa kehutanan ini menuturkan, macan tutul berbeda dengan harimau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: