Diksi ”Limbah” Membawa Berkah, Nuzul Rachdy Menang di PTUN

Senin 19-04-2021,09:48 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Kesabarannya dalam menghadapi badai tersebut, ia tunjukkan dengan dengan tetap dapat berkarya. Antara lain menyelesaikan Pendidikan Lemhannas, meluncurkan buku auto biografi Tetirah Sang Pencerah, dan yang paling membuktikan ketangguhannya, yakni memenangkan seluruh gugatan di PTUN Bandung.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPRD H Dede Ismail SIP MSi, menegaskan tidak akan mempermasalahkan terhadap semua putusan PTUN tersebut. Ke depan, Deis-sapaan akrabnya- yang merupakan Ketua DPC Partai Gerindra Kuningan ini, menegaskan seluruh pimpinan DPRD wajib kompak kembali, karena para anggota dewan, ia mengistilahkannya sebagai tenaga outsourcing rakyat 5 tahunan.

Deis pun mengajak semua untuk menghormati putusan PTUN tersebut, karena Indonesia merupakan Negara berdasarkan hukum. Termasuk kalau memang nanti ada kepentingan-kepentingan politik dari perorangan ataupun kelompok orang, ia mempersilakan.

“Tapi semuanya sudah melalui tahapan di pusat. Kenapa? Karena saya tiap minggu saya berangkat. Dari tiga pimpinan, yang hadir (di persidangan PTUN Bandung) cuma saya saja,” pungkas Deis.

Sementara itu, sebagaimana tertuang dalam buku Nuzul Rachdy berjudul ”Tetirah Sang Pencerah”, yang diluncurkan belum lama ini, juga memuat sejumlah komentar tentang Nuzul Rachdy dari berbagai tokoh. Salah satunya disampaikan Ketua MUI Kuningan KH Drs Dodo Syarif Hidayatulloh.

Kiai Dodo mengaku teringat kembali saat suasana Pilpres 2004, yang kala itu PDIP mengusung Ketumnya Megawati Soekarno Putri sebagai Capres berpasangan dengan Ketum PBNU KH Hasyim Muzadi (alm) sebagai Cawapresnya.

“Kebetulan posisi saya saat itu sebagai Sekretaris Umum PCNU Kuningan. Duet dua tokoh nasionalis dan agama dalam Pilpres 2004 itu, menjadi wasilah saya kenal dengan para tokoh dan petinggi PDIP di Kuningan, setelah beberapa kali mengadakan pertemuan dan kegiatan. Salah satu tokoh sosok yang saya kenal saat itu Bapak Nuzul Rachdy,” kata Kiai Dodo, seraya mengatakan dirinya kembali menjalin hubungan baik dengan Zul, saat Zul menjadi Ketua DPRD Kuningan, dan masuk dalam kepengurusan MUI.

Saat terjadi gonjang-ganjing diksi “limbah” yang menyudutkan posisi dan harga dirinya, lanjut Kiai Dodo dalam buku tersebut, ia justru melihat Zul sebagai sosok yang tenang dan tulus, tetap tegar, tidak panik, dapat mengendalikan diri dan emosi, meskipun badai yang menerpanya sangat dahsyat. Betapa tidak, saat itu berbagai media lokal dan bahkan nasional memberitakan Zul, sehingga viral di dunia maya.

“Dalam acara klarifikasi, beliau dengan tulus menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang merasa tersinggung dengan diksi tersebut. Inilah sebenarnya bagian dari karakter seorang Muslim, dapat mengendalikan emosi, mau meminta maaf, dan mau memaafkan orang lain,” tutur Kiai Dodo.

Tentunya, lanjut Kiai Dodo, buku yang baru diluncurkan tersebut menjadi karya monumental yang mengabadikan perjalanan hidup yang dilalui oleh Zul, baik manis maupun pahit getirnya. Ia pun mengucapkan selamat atas penerbitan buku ini.

“Semoga buku ini menjadi kenangan hidup yang indah dan dapat menginspirasi dan memberi pencerahan kepada pembacanya, juga menjadi ibrah (pelajaran, red) dan mauizah (nasihat, red) bagi semua, terkhusus generasi mendatang,” harapnya. (muh/adv)

Tags :
Kategori :

Terkait