Pengusaha Angkutan Menjerit, Kendaraan Dikandangkan

Jumat 07-05-2021,12:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

KUNINGAN – Buntut dari adanya larangan mudik pada musim lebaran Idul Fitri 1442 H yang berlaku 6-17 Mei 2021, membuat para pengusaha angkutan menjerit karena tidak bisa mengoperasikan kendaraan angkutannya.  Mereka terpaksa harus gigit jari lantaran tidak bisa meraup penghasilan dari para pemudik. Terlebih nasib serupa juga dialami pada musim lebaran tahun sebelumnya, lantaran adanya Covid-19.

Salah satu pengusaha angkutan di Kuningan, H Udin Kusnedi SE MSi yang merupakan owner Bayem Tour and Travel. Ia mengungkapkan kondisi sulit yang dialaminya beserta para karyawan angkutan yang ia pimpin, akibat adanya larangan mudik yang diberlakukan pemerintah. 

“Hari ini (kemarin, red) kami sangat merasa prihatin atas situasi yang terjadi akibat Covid-19. Memang kita tidak bisa berbicara banyak, karena pemerintah telah mengeluarkan ketentuan yang sudah berlaku, yaitu larangan mudik,” kata Udin, saat diwawancarai sejumlah awak media, usai menggelar buka puasa bersama di RM Dapoer Bayem, Jalan Raya Maniskidul Kecamatan Jalaksana, Kamis (6/5).

Ia memastikan, hal serupa juga dirasakan bukan hanya oleh dirinya, melainkan juga oleh seluruh pengusaha angkutan, karena dampak dari larangan mudik tersebut sangat luar biasa.

“Terutama kendaraan jelas tidak bisa jalan. Karyawan juga pasti diliburkan. Sementara hari ini kebutuhan mereka (karyawan, red) dalam menghadapi masa menjelang lebaran, ini sangat tinggi,” ujarnya.

Untuk Bayem Tour and Travel sendiri, kata Jiud, sapaan akrabnya, mobil yang dikandangkan ada sekitar 30 unit, karena tidak bisa jalan. Meski merasa bingung, pihaknya terpaksa harus mengandangkan kendaraan angkutan tersebut karena situasi.

“Seharusnya menjelang lebaran seperti ini, mereka (karyawan, red) bisa mendapatkan rezeki yang lebih. Karena banyak sekali pemudik yang dari luar kota itu datang ke Kuningan,” ungkap Jiud.

“Sebagaimana kita tahu bahwa Kabupaten Kuningan ini hampir kalau tidak salah ada 90 ribu warga perantau yang mencari nafkah di luar Kabupaten Kuningan,” imbuhnya.

Akibat dari situasi ini pula, lanjut Jiud, ia melihat banyak imbas terhadap ekonomi di Kabupaten Kuningan. Ia mengungkapkan, dulu perantau membawa uang dari luar Kuningan, namun sekarang ini jelas sangat berkurang.

“Di sisi lain mereka (perantau, red) tidak berusaha, di sisi lainnya juga mereka tidak pulang ke Kuningan. Ini artinya jelas situasi roda perekonomian, dalam hal ini perputaran keuangan di Kuningan akan sedikit terganggu,” ungkapnya.

Menurut Jiud, sudah dua tahun ini sejak ada Covid-19, perusahaannya betul-betul mengalami masa-sama sulit. Ia kembali mengatakan sangat yakin hal serupa dirasakan para pengusaha angkutan yang lain.

Jiud berharap situasi ini segera berlalu, sehingga perekonomian di Indonesia segera tertata kembali. Pastinya, kata Jiud, masyarakat akan kembali bergairah dalam menjalani kehidupan di semua sektor.

“Ini imbasnya tidak hanya kepada para pengusaha saja, tetapi juga kepada para karyawan, terutama para sopir angkutan dan kernetnya. Termasuk juga pengusaha-pengusaha lainnya, juga warung-warung di tiap desa pasti merasakan imbas yang sangat luar biasa. Efeknya itu dari hulu ke hilir,” ungkapnya lagi.

Meski demikian, Jiud yang merupakan Ketua Fraksi PAN DPRD Kuningan ini menegaskan, dirinya tetap melaksanakan kewajiban untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dan sebagainya kepada para karyawan yang selama ini biasa dilakukan setiap menjelang lebaran Idul Fitri.

“Kita hanya mengikuti saja, ini kan aturan pemerintah yang tidak bisa kita lawan. Sebagai warga Negara yang baik, tentunya kita harus tetap mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Karena saya yakin pemerintah juga ingin memberikan sesuatu yang baik buat masyarakatnya, karena situasi Covid-19 hari ini,” pungkas Jiud. (muh)

Tags :
Kategori :

Terkait