Dalam pewayangan ini, hampir seluruhnya mementaskan kisah tentang tasawuf dan akhlakul karimah yang berkaitan dengan kebatinan.
Berhubung masyarakat pada kala itu adalah pemeluk Budha atau Hindu, sehingga pengajaran tentang kebatinan adalah hal yang cocok.
Seni Ukir
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga juga menghasilkan karya berupa seni ukir dengan bentuk dedaunan.
BACA JUGA:Jalaksana, Tempat Adu Tanding Dua Jawara dari Pajajaran dan Kuningan
Sejak para Wali ini datang ke Nusantara dan mengembangkan dakwah Islam, seni ukir yang berbentuk manusia dan hewan sudah tidak dipergunakan lagi.
Seni ukir dedauan ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang hingga saat ini masih dapat ditemui dalam alat musik gamelan dan rumah-rumah adat di sekitar Demak dan Kudus.
Seni Gamelan
Sunan Kalijaga juga menciptakan alat musik gamelan yang mana berupa gong sekaten dan diberi nama Syahadatain, bermakna sebagai pengucapan dua kalimat Syahadat.
Pada zaman sekarang ini, gong tersebut ditabuh pada perayaan Maulid Nabi di sekitaran halaman Masjid Agung Demak.
Tujuannya adalah untuk mengundang masyarakat supaya berkumpul di masjid guna mendengarkan ceramah keagamaan.
Seni Suara
Karya seni lain yang diciptakan Sunan Kalijaga berupa seni suara, bahkan lagu-lagunya telah dijadikan sebagai lagu tradisional di daerah-daerah tertentu.
BACA JUGA:Asal Usul Nama Jalaksana, Lokasi Perang Tanding Adipati Awangga dan Adipati Arya Kiban
Sebut saja adalah Ilir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung.