Taksonomi dan subspesies ini memang baru diperkenalkan pada tahun 2015. Bila diterima tentu akan ada perubahan signifikan.
Malaysia misalnya, menyebut bahwa jenis kucing besar yang hidup di wilayah mereka sebagai Harimau Malaya.
Di Indonesia juga demikian. Lebih akrab sebutan Harimau Sumatera, Harimau Bali dan Harimau Jawa.
Merujuk taksonomi dan subspesies baru ini, berarti di Indonesia hanya tersisa 1 subspesies Harimau Sunda yakni Harimau Sumatera.
BACA JUGA:Konflik Manusia dan Harimau, Sudah Lama Terjadi dan Tercatat dalam Sejarah
Pasalnya, Harimau Bali sudah dinyatakan punah pada tahun 1940-an, dan Harimau Jawa sudah divonis punah 40 tahun kemudian atau pada tahun 1980-an.
Spesialis Harimau, Sunarto di WWF Indonesia menjelaskan, penamaan Harimau Sunda tidak didasari pada wilayah Pasundan di Provinsi Jawa Barat, tetapi kawasan biogeografi yakni Pulau Sumatera, Jawa dan Bali.
Menurut Sunarto dalam publikasi WWF Indonesia, studi yang dilakukan Wilting dan tim bisa dibilang sangat lengkap.
Mereka menggabungkan aspek morfologi, genetika dan ekologi untuk melakukan klasifiksai tersebut.
BACA JUGA:Penduduk Desa Ini Habis Dimangsa Harimau, Nyaris Tak Bersisa
Aspek tersebut kemudian dilakukan analisa dengan pendekatan statistik agar penggolongan dapat lebih objektif dan akurat.
Studi ini juga menemukan bahwa keragaman genetik harimau terbilang rendah, daripada hewan lain pada subfamilia Pantherinae.
Subspesies yang selama ini dianggap berbeda, ternyata memiliki banyak kemiripan karakter dan genetika. Sehingga Wilting mengusulkan taksonomi baru yakni Harimau Kontinental dan Harimau Sunda.
Dia mengakui, taksonomi baru ini terbilang canggung. Mengingat Malaysia sudah punya sebutan sendiri yakni Harimau Malaya.
BACA JUGA:Harimau Sumatera Sesungguhnya Harimau Sunda, Kok Bisa? Begini Penjelasannya
Kemudian ada nama harimau lain yang sudah dikenal yakni Harimau Benggala. Sementara di Indonesia dikenal Harimau Jawa, Harimau Sumatera dan Harimau Bali.