Walau berkembang pesat, masyarakat setempat senantiasa melestarikan dan memelihara panorama alam tersebut. Juga menjaga lingkungan hayati dari kerusakan dan kepunahan.
Desa Paniis juga terkenal dengan situs peninggalan bersejarahnya. Situs-situs tersebut memang sangat terkait dengan air, sebagai sumber penghidupan.
Situs-situs antara lain adalah Hulu Cai (Nyi Mas Saraka Turun Bandung), Dukuh Luhur (Buyut Pande Wesi Padomas) dan Hulu Dayeh (Nyi Mas Sarenik Damar Wulan.
Juga ada situs Leber Beas (Nyi Mas Hanjuang Putih), Buyut Bei (Wanayasa/Bandawasa), Buyut Salarema (Sawah Cireuma) dan masih ada beberapa situs lainnya.
BACA JUGA:4 Larangan untuk Penjabat Bupati Kuningan, Ada Soal Mutasi hingga Pemekaran
Situs-situs itu melambagkan masa lalu masyarakat desa tersebut. Dari zaman primitif, animisme, Hindu, Budha dan Islam.
Dalam pengembangan agama Islam di desa ini dilakukan pada zaman Mbah Kuwu Cirebon. Sosok yang ditugaskan menyebarkan agama Islam di Paniis adalah Mbah Buyut Ngabihi Wanayasa atau Bandawasa.
Sosok yang lebih dikenal dengan Mbah Buyut Bei mempunyai keturunan bernama Salareuma yang tinggal di Sawah Cireuma.
Sepeninggalan Mbah Buyut Bei, Padukuhan Paniis dibagi menjadi enam tempat. Yakni, Rurah Manis, Rurah Pahing, Rurah Phuhun (Pon), Rurah Wage, Rurah Kliwon dan Rurah Siangkup (Singkup).
BACA JUGA:Pesan Bey Machmudin untuk Penjabat Bupati Kuningan yang Baru Dilantik, Ada Soal Pemilu
Inilah profil singkat Desa Paniis. Desa yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Cirebon. (*)