Sebelum Meninggal, Buya Syakur Yasin Bicara Indonesia yang Damai, tapi Sering Pakai 'Ayat-ayat' Perang

Jumat 19-01-2024,05:02 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

RADARKUNINGAN.COM - Sebelum meninggal dunia, Prof Dr KH Abdul Syakur Yasin MA atau Buya Syakur, bicara soal Indonesia yang damai, tapi sering menggunakan berbagai ayat atau istilah untuk perang.

Menurut pengasuh Ponpes Cadangpinggan Kertasmaya, Kabupaten Indramayu ini, dalam berbicara atau berbahasa tak cukup hanya tekstual, tetapi juga harus kontekstual.

Diungkapkan KH Buya Syakur Yasin, banyak ayat Alquran yang diturunkan dan diucapkan pada masa perang digunakan untuk Indonesia yang damai. 

“Indonesia negara yang cinta damai kenapa menggunakan ayat-ayat perang? Kata seperti habiskan, bunuh, bakar, cincang adalah bahasa perang, tidak bisa diucapkan di masa damai,” ujar sosok yang akrab dipanggil Buya Syakur ini.

BACA JUGA:Bukan Hanya Rabies, Ini Dia 5 Jenis Penyakit Kucing yang Paling Sering Dijumpai

Ungkapan Buya Syakur tersebut dicuitkan oleh akun @BincangSyariah melalui mendia sosial X. Menurutnya, bahasa adalah ideologi dan makhluk hidup, bukan makhluk mati. Banyak Bahasa yang sudah mati.

Mengapa demikian? Sebab, kata Buya, bahasa hidup bersama manusia. Ada fase lahir, tumbuh, berkembang, kemudian mati.

Seperti diketahui, Buya Syakur dengan segala keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahamannya, telah mengajari tentang Islam yang fokus dengan tetap ada bumbu humor.

Dalam sebuah ceramah, Buya Syakur Yasin menyampaikan pendapat linguis modern Ferdinand de Saussure.

BACA JUGA:Inilah 7 Rekomendasi Jenis Tanaman Hias Gantung untuk Mempercantik Teras Rumah

Menurutnya, Ferdinand de Saussure menggagas bahwa kata sebenarnya tidak memiliki makna atau arti yang pasti sebab hanya simbol-simbol saja.

Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Swiss. Dia merupakan pelopor kajian linguistik modern.

Pemikiran-pemikirannya mengenai linguistik disampaikannya dalam bukunya yang berjudul Course de Linguistique Generale. Buku ini diterbitkan pada tahun 1916.

 Makna datang, jelas Buya, setelah kata berdampingan dengan kata yang lain dan membentuk kalimat yang sempurna. Setelah kalimat menjadi sempurna, belum tentu maknanya bisa dicerna dan utuh.

BACA JUGA:Jangan Keliru, Inilah 5 Cara Membedakan Sirih Gading dan Sirih Biasa, Perbedaannya Sangat Jelas Lho!

Kategori :