Nama atau gelar Mutawally sendiri berarti: Orang yang mampu mengangkat. Lantas gelar ini melekat sepulang menunaikan ibadah haji.
Melihat silsilahnya, Kiai Mutawally adalah putra dari Ki Bagus Konaan atu cucu dari Ki Bagus Maijah. Seorang tokoh yang dimakamkan di Blok Panyamunan, Desa Putat, Kecamatan Sedong, Kabupaten Kuningan.
Merunut pada silsilahnya, Kiai Mutawally adalah cucu dan keturunan ke-13 dari Sunan Gunung Jati jalur Maulana Hasanuddin.
Silsilah ini, menyatakan bahwa Ki Bagus Siradjur Rasyidin adalah cucu buyut dari Kiai Tubagus Nadimuddin, ulama dari Banten yang melakukan pengembaraan ke Cirebon.
BACA JUGA:5 Cara Mengatasi Kucing Liar Masuk Rumah dan Mencuri Makanan, Lakukan Hal Ini tanpa Perlu Menyakiti
Kiai Tubagus Nadimuddin datang ke Cirebon yang merupakan saudara tua dari Kesultanan Banten, setelah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa jatuh.
Dari pengembaraan itu, Kiai Tubagus Nadimuddin lantas menuju ke Desa Timbang, saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Cigandamekar.
Tepatnya di Kampung Huludayeuh pada tahun 1672, Kiai Tubagus Nadimuddin mendirikan pesantren pertama di sana.
Sepulang dari menunaikan ibadah haji, Kiai Mutawally kemudian meneruskan pesantren orang tuanya. Kemudian mengembangkannya dan mendirikan pesantren baru.
Pesantren tersebut didirikan di Blok Balangko, Bojong, kecamatan Cilimus yang lokasinya tidak jauh dari Desa Timbang.
Meski tidak ada keterangan tertulis, tetapi kuat dugaan Pesantren Terpadu Al Mutawally didirikan sekitar tahun 1860.
Di lokasi tersebut juga dibangun sebuah langgar dengan nama Sirojurrosyidin Ath-Thohiriyyah yang sampai saat ini masih ada.
Bahkan, langgar tersebut sudah berkembang menjadi Masjid Sirojurrosyidin Ath-Thohiriyyah dan menjadi tempat bagi warga setempat untuk belajar Agama Islam, baik mengaji hingga mempelajari Kitab Kuning.
Itulah sejarah Kiai Mutawally, sosok ulama yang terkenal dari Kabupaten Kuningan dan masih keturunan dari Sunan Gunung Jati.