Fakta sejarah mengungkap bahwa Desa Caracas dan Cilimus hingga tahun 1947 didiami oleh kurang lebih 800an etnis Tionghoa. Karenanya, sebutan Desa Tionghoa tidak berlebihan.
Jejak etnis Tionghoa di Caracas tidak bisa dipungkiri. Sampai sekarang masih banyak kuburan etnis Tionghoa. Bong Cina itu ada di perbatasan antara Desa Caracas dan Cibuntu.
"Tahun 2009, saya masih menemukan sekitar 20 kuburan yang sudah dalam keadaan tidak terawat masih ada di sana," tulis Tedi.
Dilihat dari aspek keagamaannya, etnis Tionghoa ini sudah hampir bisa dipastikan memeluk Khonghucu.
Salah seorang informan mengatakan kepada dirinya, bahwa saat ia kecil, tetangganya yang beretnis Tionghoa bernama Nie Bian Ho selalu membakar Hio di depan pintu rumah yang juga terpampang foto leluhurnya. Selain Konghucu, ada juga etnis Tionghoa yang beragama Kristen.
"Informasi ini saya dapat dari catatan Th van Den End, seorang penginjil asal Belanda. End mengumpulkan data yang berbentuk arsip-arsip sumber zending di Jawa Barat."
Dalam laporan S. Van der Linde mengenai resort Cirebon selama tahun 1934 dikatakan, jika penduduk di Caracas-Cilimus telah ada kelompok pengajian kecil yang memerlukan seorang guru injil di sana. (van Den End, 2006: 641).
Sudah bisa dipastikan bahwa Kekristenan yang hadir di dua desa tersebut (terutama Caracas) adalah karena ada etnis Tionghoa di sana.
BACA JUGA:Tempat Jual dan Beli Mobil Bekas di Cirebon Jawa Barat, Dijamin Terbaik, Terlengkap, dan Terjangkau!
Kehidupan ekonomi mereka terutama ditopang oleh hasil bumi. Rata-rata penduduk etnis Tionghoa adalah pedagang. Pada masa itu kacang tanah, adalah primadona karena memiliki nilai jual yang tinggi.
Namun pasca agresi militer Belanda II di wilayah Kabupaten Kuningan dan tragedi yang berlangsung di sana, kisah Imlek di Desa Cilimus pun sirna.
Termasuk kehidupan masyarakat Tionghoa di desa yang ada di kaki Gunung Ciremai itu.