Banyak kejadian ganjil menimpa orang yang mengabaikan 'pamali' saat memasuki Gunung Larang. Banyak kejadian aneh, yang tak pernah dibayangkan.
Ada yang tak sengaja mengucapkan sesuatu yang kurang baik. Tak lama dari itu, sang pelanggar tersebut tersesat cukup lama di Gunung Larang.
Sungguh aneh, padahal wilayah itu tidak terlalu luas. Dan si pelanggar tersebut sudah terbiasa masuk ke hutan tersebut.
BACA JUGA:Apakah Bunga Pepaya Berbahaya? Temukan Jawabannya di Sini!
Akhirnya, setelah “meminta ampun”, dia mendapatkan pertolongan dari seorang pengelola Objek Wisata Curug Cipeuteuy. Selamatkan dia, dan bisa kembali ke Desa Bantaragung.
Mengapa Gunung Larang menjadi hutan terlarang? Menurut Mbah Karmadi, konon di hutan ini berdiri kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran.
Kerajaan itu dipimpin Prabu Jambangan. Dia memiliki seorang 'Abdi Dalem' cantik jelita, Nyi Mas Larang namanya.
Kecantikan Nyi Mas Larang telah terkenal ke pelosok negeri. Para pangeran dari kerajaan lain seperti Talaga Manggung, Sumedang Larang dan Saunggalah Kuningan tertarik dengan kecantikan sang abdu dalem tersebut.
Para pangeran itu mencoba melamar Nyi Mas. Namun entah mengapa Nyi Mas selalu menolak lamaran mereka. Akibatnya, para pangeran bersitegang memperebutkan dirinya.
Sang Prabu mencoba menengahi konflik tersebut. Dia pun menyelenggarakan sayembara pertarungan. Oleh Mbah Karnadi disebut 'adu jajaten'. Siapa yang menang berhak menikahi Nyi Mas Larang.
Adu Janten pun terjadi. Para pangeran mengeluarkan seluruh ilmu dan mantra kesaktian. Mbah Karnadi menyebut "elmu panimu” dan “jampe pamake".
Akhirnya Patih Kebo Bule dari Sumedang Larang keluar sebagai pemenangnya. Namun anehnya, Nyi Mas menolak mentah-mentah sang juara tersebut. Patih Kebo Bule pun murka dan mengamuk di istana.
BACA JUGA:Kumpulan Manfaat Daun Pepaya Menurut Dr. Zaidul Akbar untuk Kesehatan, Kanker dan Diabetes
Menyaksikan kejadian itu, Nyi Mas merasa jengah. Dia kemudian berwasiat: “Lebih baik aku 'ngahiang' beserta seluruh keraton daripada terjadi pertumpahan darah lagi".
Benar saja, tiba-tiba keraton beserta isinya raib. Tak lama munculah mata air yang mengalir begitu jernih. Lalu Patih Kebo Bule yang sangat kecewa kembali ke Sumedang.