Lalu siapa yang awal mula mengembangkannya? Dia merupakan seorang guru SMPN 1 Kuningan. Namanya Daeng Sutigna.
Sosok inilah yang awal mula memulai membuat angklung dari awal. Dari bagaimana memilih bambu yang tepat, hingga menyesuaikan nadanya menjadi pas dan enak didengar.
Tak hanya sampai di situ. Daeng Sutigna terus berinovasi. Di antaranya dengan mengubah nada angklung dari pentatonis (nada tradisional) ke diatonis.
Hanya sayang, karena panggilan tugas, Pak Guru Daeng, harus pindah ke Bandung. Dia pun mengembangkan angklung diatonis di ibukota Provinsi Jawa Barat tersebut.
Sejak itu, pengembangan seni angklung di Kuningan terus meredup. Apalagi setelah kolega Daeng Sutigna yakni Kuwu Kucit meninggal dunia. Tak ada lagi yang meneruskan seni tersebut.
Seperti diketahui, ketika awal mula mengembangkan seni angklung, Citangtu masih merupakan sebuah desa. Dipimpin oleh Kuwu Kucit. Sekarang desa itu sudah menjadi kelurahan. (*)