Namun, para wali tetap melanjutkan musyawarah mereka di Gunung Gede untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Nusantara.
Mereka kemudian bersama-sama berdoa dan melanjutkan musyawarah tentang penyebaran Islam.
Setelah musyawarah selesai, para wali sepakat menyebarkan ajaran Islam dan membentuk struktur pengurus dengan Sunan Bonang sebagai ketua.
Selain sejarah agama, Desa Linggajati juga memiliki peninggalan benda bersejarah seperti Balairung, Dogdog, keris, tombak, peti kayu, batu tempat duduk para wali, lisung, jubleg, dan Balong Linggajati yang diyakini dibuat oleh Sunan Bonang.
BACA JUGA:Membasmi Tikus dengan Garam; Ampuh atau Mitos? Berikut Pendapat Ahli tentang Hal ini
Benda-benda ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Desa Linggajati. Sejarah Desa Linggajati juga terkait erat dengan Kesultanan Cirebon.
Salah satu kisah menarik adalah tentang seorang wanita dari Desa Randa Midang yang bertemu dengan Sunan Gunung Jati dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Raja Sulaeman.
Kisah ini menambah kekayaan sejarah dan kebudayaan Desa Linggajati.
Desa Linggajati bukan hanya sekadar desa di kaki Gunung Ciremai, tetapi juga merupakan tempat bersejarah yang memiliki nilai penting dalam penyebaran Islam di Nusantara dan sejarah kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Dugaan Kecurangan Rekrutmen PPK KPU Kuningan Memanas, Ada Audiensi di Kejaksaan Negeri
Riwayat Desa Linggajati yang terkait dengan para wali dan peristiwa Perundingan Linggajati menjadi warisan berharga bagi masyarakat setempat dan bangsa Indonesia.
Benda-benda peninggalan yang masih ada hingga sekarang menjadi bukti nyata dari perjalanan panjang sejarah Desa Linggajati.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan sejarah Desa Linggajati dapat terus dipelajari dan dilestarikan untuk generasi mendatang. (Muhammad Sulthan Al muzakky)