Koalisi Kuningan Bersatu Diprediksi Hanya Seumur Jagung
![Koalisi Kuningan Bersatu Diprediksi Hanya Seumur Jagung](https://radarkuningan.disway.id/uploads/sites/57/2019/09/koalisi-fraksi-4.jpg)
KUNINGAN-Terbentuknya Koalisi Kuningan Bersatu dengan enam parpol di dalamnya ada Gerindra, PKS, Demokrat, PAN, PPP dan PBB, diperkirakan hanya akan sebatas seumur jagung. Pernyataan tersebut disampaikan Anggi Alamsyah, mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Minggu (6/10). Menurutnya, semua telah memahami bahwa politik fleksibel dan sangat dinamis, serta merupakan alat untuk merengkuh kekuasaan. \"Terbentuknya Koalisi Kuningan Bersatu yang merupakan gabungan enam parpol di DPRD, diperkirakan hanya akan seumur jagung. Kita tahu, politik itu dinamis, sangat fleksibel. Politik itu alat untuk merengkuh kekuasaan,\" kata Anggi. Namun, lanjut Anggi, dengan Koalisi Kuningan Bersatu yang di dalamnya terdapat tokoh sentral Partai Gerindra, yakni H Dede Ismail, ia perkirakan koalisi tersebut hanya panas di awal saja. \"Di koalisi ini ada tokoh sentral, Dede Ismail, saya kira ini hanya panas di awal saja. Bahkan pasca ada penetapan unsur AKD (Alat Kelengkapan DPRD), koalisi akan melempem pada waktunya,\" ujar Anggi. Anggi menuturkan, meskipun disampaikan visi mereka (Koalisi Kuningan Bersatu, red) sangat bagus yang selalu mengatasnamakan rakyat. Namun, sejarah mencatat semua koalisi yang didalangi oleh Dede Ismail tidak akan pernah bertahan lama. Setelah tujuan politiknya tercapai, maka kendaraan yang disebut koalisi dan sebagainya akan segera ditinggalkan jika ada peluang untuk mendapat posisi strategis yang baru. \"Saya tidak menyalahkan bahwa itu adalah bagian dari strategi dan capaian politik dari seorang politisi. Namun, dengan memainkan skema yang selalu sama dan berulang, bahkan selalu berhasil hingga tercetus kembali koalisi-koalisi baru,\" tutur Wakil Ketua Sarjana Urang Kuningan (Sarukun) itu. Menurut Anggi yang merupakan mantan pengurus DPD KNPI Kuningan ini, sebagai pengamat nampaknya semua tahu mental dan kecerdasan dari para wakil rakyat yang telah terpilih. Seperti seseorang yang selalu rela menerima kekasihnya kembali meski tahu seseorang itu sudah selingkuh dengan yang lain. Mungkin menerimanya bukan karena cinta, tapi karena merasa sudah enak dan nikmat saja jika seseorang itu kembali. \"Saya contohkan pada periode 2014-2019, kekalahan Prabowo pertama melawan Jokowi, terbentuk KMP. Dengan segala alasan, tiba-tiba Dede Ismail memilih lebih berkolaborasi dengan PDIP yang notabene adalah pendukung Jokowi,\" sindir Anggi. Lalu kata dia, ada lagi koalisi antara Gerindra dan PKS disambung dengan Koalisi Umat yang juga ada Dede Ismail di dalamnya pasca pilkada. Semua tahu, yang akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan koalisi tersebut siapa, hingga endingnya, tidak pernah ada yang langgeng karena selalu ada yang memilih menjadi karakter antagonis meninggalkan koalisi demi mendapat sesuatu yang baru dan lebih bermanfaat. \"Ya, inilah dogma pragmatik dan opportunistik yang kerap ditanam oleh para politisi hari ini. Jadi, meski setiap awal koalisi terbentuk selalu berbicara ideal, kami ingin menjadi penyeimbang, bukan tukang stempel, menjadi oposisi. Namun saya lihat di Kuningan tidak ada yang pernah kuat memegang kata-kata itu hingga akhir,\" terang Anggi. (muh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: