Budidaya Cengkih Pasokannya Diperhitungkan Jabar, Bisa Disuling Jadi Minyak Atsiri

Budidaya Cengkih Pasokannya Diperhitungkan Jabar, Bisa Disuling Jadi Minyak Atsiri

Salah satu kawasan di Jawa Barat yang menjadi sentra budidaya cengkih adalah Kabupaten Kuningan. Meskipun tidak begitu luas, tapi tanah di Kuningan sangat subur. Salah satu jenis tanaman yang sangat diminati warga sejak tahun 1980-an adalah cengkih. Tatang azhari, Kuningan Kuningan termasuk penghasil cengkih yang diperhitungkan di Jawa Barat. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat 2019, luas tanaman cengkih di Kabupaten Kuningan mencapai 2.696 hektare. Produksinya juga terbilang tinggi. Yaitu rata-rata 229 ton. Misalnya saja, di Desa Linggarjati, hampir semua warga memiliki lahan cengkih. Atau sekitar 50 persen warga desa menanam cengkih. Ada tiga alasan mengapa warga berminat untuk menjalankan budidaya cengkih. Yaitu perawatan cengkih dinilai cukup mudah, harga cengkih tergolong mahal, cengkih kering Linggarjati bisa laku Rp130.000 per kilogram. Terakhir pemasaran tergolong lancar. Warga tak perlu susah-susah mengirim ke pasar sebab selalu ada penyalur yang datang ke desa. Selain di Desa Linggarjati, tanaman cengkih juga banyak dimiliki warga Kelurahan Cirendang. Ismail warga setempat, mengaku hanya memanfaatkan lahan berukuran sekitar 15 x 30 meter persegi di daerah Situ Ciarja, Kelurahan Cirendang, tetapi mampu menyemai bibit cengkih sampai 4.000 pohon. Setelah berumur dua tahun masa tanaman dengan rata-rata ketinggian 1 meter sampai 1,5 meter, bibit tanaman cengkih baru bisa dijual. Menurut Ismail, dengan harga cengkih kering rata-rata Rp83.000/kg, banyak warga tergoda untuk kembali menanam cengkih. Dari satu pohon yang potensial cengkih jenis Zanzibar, ada yang mampu menghasilkan 2 kuintal cengkih kering atau setara dengan Rp16,6 juta sekali panen. “Saya sudah tiga kali panen bibit. rata-rata menjual 4.000 pohon setiap panen dengan harga antara Rp40.000 sampai Rp50.000 per pohon. Menguntungkan bila dibanding tanaman lain,” aku Ismail. Di Desa Margabakti, selain banyak perkebunan cengkih, ada kelompok warganya bahkan memiliki dua tempat penyulingan daun cengkih di Dusun Puhun dan Dusun Kliwon. Itu menunjukan potensi pertanian warga Desa Margabakti di bidang pertanian, terutama perkebunan cengkih cukup besar. Daun cengkih merupakan bagian dari pohon cengkih yang apabila tidak dimanfaatkan akan menjadi tidak bernilai. Adanya tempat penyulingan ini sangat bermanfaat. Yaitu menjadikan sesuatu yang awalnya tidak bisa dimanfaatkan apabila diolah menjadi bernilai. Di sinilah peran dari teknologi. Penyulingan merupakan salah satu teknologi pascapanen untuk mengambil minyak dari bahan baku, salah satunya adalah daun cengkih. Proses penyulingan ini dilengkapi dengan alat sederhana. Yaitu tungku perapian yang di atasnya terdapat sebuah ketel dan pipa-pipa yang berguna untuk menyalurkan uap minyak hasil dari penyulingan. Minyak yang didapat dari daun cengkih ini disebut minyak atsiri. Hasil dari penyulingannya memiliki rendemen cukup tinggi. Yaitu 2-3% apabila memenuhi beberapa kriteria, di antaranya daun memiliki kadar air optimal, dan proses penyulingan memenuhi standar operational procedure (SOP). Minyak atsiri yang dirasa sudah memenuhi standar biasanya dijual kepada tengkulak. Selanjutnya didistribusikan kepada industri sebagai bahan baku pencipta aroma daun cengkih. Tanpa disadari, adanya teknologi penyulingan daun cengkih di Desa Margabakti ini bukan hanya bermanfaat bagi aspek pertanian, melainkan memberikan nilai tambah dalam aspek ekonomi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: