Sambangi CFD, Puluhan Pemuda Tolak Tahura

Sambangi CFD, Puluhan Pemuda Tolak Tahura

KUNINGAN – Puluhan pemuda dan mahasiswa pencinta alam yang tergabung dalam Forum Komunitas Penggiat Alam Kuningan (FKPAK), menggelar aksi menolak Taman Hutan Raya (Tahura). Mereka beraksi di depan kantor Bupati Kuningan dengan memanfaatkan momen Car Free Day (CFD), Minggu pagi (1/3). Dalam aksi tersebut, terbentang sebuah spanduk yang dipasang di depan Taman Pandapa, bertuliskan: Kampanye Lingkungan Tolak Tahura, Jangan Korbankan Hutan Demi Uang. Ada pula tulisan Menggugat Wacana Isu Perubahan Fungsi Hutan Gunung Ciremai dari Taman Nasional Menjadi Tahura. Sementara dalam patung boneka yang didirikan oleh para pemuda ini, mereka menyampaikan pesan perlawanan dengan menyebut adanya pelestarian alam, PAD dan investor. Simbol perlawanan kelompok pemuda ini jelas menandakan adanya ketidaksetujuan mereka atas rencana pengajuan Pemda Kuningan kepada Kementerian LH agar status Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) diubah menjadi Tahura. Mereka juga membawa wadah dari gallon air mineral bertuliskan Sejuta Koin untuk PAD. Hal ini mengandung pesan sindiran kepada Pemda Kuningan yang dianggap hendak mencari tambahan PAD dari Tahura, sehingga para aktivis lingkungan ini pun mengumpulkan koin untuk disumbangkan kepada PAD. Tampak hadir di tengah para pemuda pencinta alam, aktivis penggiat lingkungan Maman Mezique. Ia mengungkapkan pentingnya mempertahankan fungsi hutan Gunung Ciremai agar tetap lestari untuk kehidupan masyarakat. Diakui Mezique, berbagai gerakan penolakan Tahura bukan untuk berpihak kepada BTNGC, melainkan hanya ingin agar TN tetap diterapkan karena dianggap memiliki regulasi yang kuat untuk mempertahankan perlindungan hutan Ciremai. Sedangkan jika diubah menjadi Tahura, maka regulasi tersebut akan menurun, sehingga dikhawatirkan menjadi celah masuknya investor besar untuk bebas mengelola hutan Ciremai. “Mereka (investor, red) akan mudah masuk, dengan kekuatan modal gede, yang memungkinkan apa pun bisa dibeli, termasuk undang-undang. Tidak mungkin membuka usaha skala kecil. Paling warganya hanya akan jadi tukang parkir, tukang jaga karcis, atau sekuriti,” sindirnya. Untuk itu, Mezique mengajak warga untuk ikut menyelamatkan Ciremai dengan mendukung konsep yang benar tanpa ada pemaksaan apakah harus memilih TN atau Tahura. koordinator aksi Rizki menambahkan, aksi kampanye lingkungan untuk menolak Tahura tersebut bertujuan untuk mengedukasi warga agar bisa menilai baik-buruknya rencana perubahan fungsi hutan Gunung Ciremai dari TN ke Tahura. “Kami hanya memberi edukasi, biar masyarakat menilai sendiri, mana yang cocok diterapkan untuk kelestarian hutan Ciremai, apakah TN ataukah Tahura,” katanya. Sebelumnya, wacana rencana perubahan status TNGC menjadi Tahura digelorakan Ketua Fraksi PDIP DPRD Kuningan Dede Sembada, bersama fraksi-fraksi lainnya. Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh Ketua Fraksi PKS Dede Sudrajat dan Ketua Fraksi Golkar H Yudi Budiana SH. Desem-sapaan akrab Dede Sembada- menegaskan seluruh Ketua Fraksi di DPRD Kuningan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) telah menyatakan sepakat untuk rencana perubahan TN ke Tahura, karena menganggap TNGC sama sekali tidak bermanfaat bagi masyarakat. Namun selang beberapa waktu kemudian, muncul pertentangan di dalam gedung DPRD, yakni munculnya penolakan rencana perubahan status TNGC menjadi Tahura yang digelorakan Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Gerindra, H Dede Ismail SIP. Belakangan muncul lagi isu telah ada kesepakatan bersama para fraksi dan pimpinan dewan untuk satu suara mendukung Pemda Kuningan dalam upaya penurunan status TN menjadi Tahura. Isu ini muncul kala para wakil rakyat Kuningan ini sedang berada di luar pulau Jawa, yakni saat mereka melakukan kunjungan kerja ke Bali dan Medan. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: