Awalnya Tugas Kuliah Kewirausahaan, Kini Mampu Hasilkan Jutaan Rupiah

Awalnya Tugas Kuliah Kewirausahaan, Kini Mampu Hasilkan Jutaan Rupiah

Bercocok tanam dengan media air atau hidroponik bisa menghasilkan rupiah yang tidak sedikit jika ditekuni secara profesional. Selain bisa panen setiap hari, keberadaan tanaman hidroponik juga membuat masyarakat mendatanganinya untuk sekadar melihat maupun belajar. Ini dirasakan oleh Ananta Hidroponik, di Desa Ciomas, Kecamatan Ciawigebang. Bubud Sihabudin, Ciawigebang Ananta Hidroponik berada di jalan pedesaan Ciomas tepatnya depan SMK Patriot Ciawigebang. Di sekitar lokasi ini, rumah warga bisa dihitung dengan jari. Selebihnya area pertanian. Rumah berpagar besi terlihat asri dan rindang. Sebuah spanduk bertuliskan Ananta Hidroponik terpampang tepat di atas garasi. Masuk ke dalam rumah bergaya sederhana, disambut saung dan aneka jenis tanaman. Di belakang rumah itu, sang empunya rumah, M Topan Ananta Andriana menyemai mimpinya menjadi pengusaha sukses. Untuk mewujudkan keinginannya itu, Topan mengawalinya dengan bercocok tanam menggunakan media air. Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kuningan itu lantas menunjukkan lahan bercocok tanamnya. Topan berhasil membuat tempat budidaya sayuran dengan media air yang diberi nama Ananta Hidroponik. Sayuran yang dihasilkannya antara lain kangkung, bayam hijau, bayam merah, selada bokor, sawi dan pakcoy. Hasil tani tersebut sangat diminati pasar, bahkan sejumlah rumah makan telah menjadi pelanggannya. Topan menceritakan, awalnya dia mendapat tugas mata kuliah kewirausahaan dari dosennya. Sempat kepikiran untuk menjajal bisnis pulsa maupun lainnya. Namun atas saran ayahnya, Andri Suandani, Topan akhirnya memilih untuk mencoba budidaya hidroponik. “Mulanya tugas mata kuliah kewirausahaan, dan mahasiswa memang harus membuat business plan. Saya mencari bidang bisnis yang langka dan hidroponik inilah yang membuat saya tertarik. Alhamdulillah dari tugas kuliah itu, sekarang usaha saya lancar dan bisa mendatangkan keuntungan,\" papar Topan. Pertama kali mengerjakan tugas kuliah ini, lanjut dia, budidaya dilakukan dengan sarana seadanya, sejumlah barang bekas dimanfaatkan dengan media tanam berupa air di dalam bak. Dirinya senang karena sayuran tumbuh subur dalam riset kecil tersebut. \"Aktivitas saya ternyata diperhatikan orang tua, sejak saat itu saya berencana membuat hidroponik dalam jumlah yang lebih besar. Hingga akhir seperti sekarang,\" terang Topan sambil menunjukkan lokasi budidaya aneka jenis sayuran. Tempat budidaya ini terbilang representatif. Topan merancang dua tempat utama penanaman. Tampak deretan pipa berisi air, penuh dengan sayuran yang subur. Ada ribuan titik yang dibuatnya supaya setiap hari bisa menanam dan memanen. Di lokasi lainnya barisan kolam buatan dengan air, tampak ditumbuhi selada yang menghijau segar. Bangunannya berupa rangka yang ditutupi atap transparan dikelilingi jaring untuk mengatur lembaban. \"Alhamdulillah setiap hari bisa panen, karena medianya air bukan tanah, saya tinggal mengatur nutrisi bagi tanaman setiap hari. Hasil panen saya jual ke pelanggan, kemudian ditawarkan melalui medsos, dan bagi yang datang langsung bisa memetik di sini untuk ditimbang,\" ujarnya. Ayah Topan, Andri Suandani mengakui kalau minat anaknya sangat besar untuk menekuni bisnis sayuran. Meski kuliah di Fakultas Ekonomi, dimaklumi sang ayah bahwa pekerjaan tak harus selalu nyambung dengan latar pendidikan.  \"Saya memiliki sebuah filosofi, menjadi anak muda itu harus bisa membuat pekerjaan bukan mencari pekerjaan, di era milenial ini dibutuhkan anak muda yang bisa menciptakan kreativitas. Silakan kuliah, tapi nanti buat pekerjaan sendiri,\" jelas Andri yang juga guru Bahasa Indonesia di SMPN 5 Ciawigebang. Keberhasilan anaknya dalam membuat tempat budidaya sayuran hidroponik diapresiasi banyak pihak. Di antaranya bertujuan untuk  penelitian, studi banding, mereka datang dari Kuningan dan daerah lain. Selain itu, pihaknya juga melayani pengiriman sayur secara COD. Ada pun harga per kilonya dipatok sesuai harga eceran yang berlaku, dan terbilang murah untuk sayuran berkualitas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: