Peringatan Hari Kependudukan Dunia di Indramayu, Saatnya Mewujudkan Kesetaraan Gender yang Sejati

Peringatan Hari Kependudukan Dunia di Indramayu, Saatnya Mewujudkan Kesetaraan Gender yang Sejati

Di banyak tempat di Indonesia, kesetaraan gender masih menjadi masalah yang belum terselesaikan.--

Ketidaksetaraan gender juga masih menjadi masalah di Indramayu. Perempuan sering menghadapi penggajian yang tidak setara dengan laki-laki, kesempatan promosi yang terbatas, dan perlakuan yang tidak adil di tempat kerja. 

Stereotip gender dan harapan tradisional juga dapat membatasi perempuan dalam memilih pekerjaan atau mengejar karir yang diinginkan.

BACA JUGA:Pemindahan Lampu PJU Lama Tanpa Biaya, Plh Kadishub Sebut 25 Kades Incumbent Usulkan Percepatan Pemasangan

Kasus perkawinan anak di Kabupaten Indramayu juga tinggi. Kasus itu berawal dari kemiskinan dan memicu perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, hingga stunting.

Berdasarkan data SSGI tahun 2022, prevalensi stunting di Indramayu tercatat 21,10 persen. Stunting adalah  kondisi kurang gizi kronis sejak bayi dalam kandungan yang berakibat terganggunya tumbuh kembang anak. 

Untuk mengatasi seluruh permasalahan tersebut, Bonivasius mengatakan diperlukan regulasi dan upaya kolaboratif serta berkelanjutan dari berbagai pihak.

Termasuk pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan lembaga sosial, serta memastikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan dan anak perempuan.

BACA JUGA:Ada di Nomor Urut 2 untuk DPRD Kuningan, Rana Suparman: Saya Tak Sedih, Ini Tugas dari Partai

Kata Bonivasius, isu atau masalah kependudukan, termasuk isu kesetaraan gender, memerlukan penanganan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu yang dapat memantik kepedulian pemerintah, termasuk pemerintah  daerah, untuk dapat menemukan solusi atas dinamika dan permasalahan kependudukan secara dini. 

Terobosan pun dilakukan Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN melalui Direktorat Analisis Dampak Kependudukan. Direktorat ini telah mengembangkan model alat bantu berupa Sistem Informasi Peringatan Dini Pengendalian Penduduk atau Siperindu. Sistem ini bertujuan mengukur tingkat kerentanan dampak kependudukan. 

BACA JUGA:Dampingi Prabowo di Pangandaran, Rokhmat Ardiyan Diminta Susi Pujiastuti Bangun Bandara Rumput di Kuningan

Kepada wartawan, Bonivasius mengatakan Siperindu  dapat menjadi rujukan data utama Perencanaan Kependudukan yang terupdate, serta sumber data untuk penyusunan lima pilar Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). 

Melalui Siperindu - yang data dasarnya diambil dari sejumlah sumber di antaranya Pendataan Keluarga BKKBN dan Badan Pusat Statistik (BPS) -  pemerintah dapat mengetahui status kewaspadaan situasi kependudukan sampai level kabupaten/kota.  "Sekaligus Siperindu menjadi raport bagi pemerintah daerah," ujar Bonivasius. 

Diskriminasi Gender

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: