Asal Usul Desa Margacina Kuningan, Ada Hubungan Apa dengan Warga Tionghoa? Ada Kisah Lutung Kasarung
Asal usul sejarah Desa Margacina yang terkait dengan beberapa peristiwa termasuk legenda Lutung Kasarung.-Mencari Jejak Leluhur - Tangkapan layar-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM – Asal usul Desa Margacina, Kecamatan Karangkancana, Kabupaten Kuningan, ternyata berkaitan dengan sejumlah peristiwa di masa lalu.
Misalnya, kedatangan seorang pendeta Tionghoa dari Cirebon hingga Legenda Lutung Kasarung yang diduga salah satu lokusnya ada di Desa Margacina sekarang ini.
Dalam perjalanannya, Desa Margacina mengalami perubahan nama. Yakni dari nama asal Kampung Margahina yang terkait dengan kisah Lutung Kasarung.
Kemudian mengalami perubahan nama menjadi Margacina, pasca kejadian pendeta orang Tionghoa yang meninggal di ‘lembur’ atau kampung tersebut.
BACA JUGA:Ketahui Yuk 3 Alasan Kucing Peliharaan Tidak Menghabiskan Makanan, Jangan Sampai Membuat Sakit!
Kepala Seksi Kesejahteraan Pemerintah Desa Margacina, Arif mengungkapkan, sejarah Desa Margacina memang bisa ada berbagai versi.
Sebab, tidak ada sumber buku yang jelas atau sumber tertulis lainnya seperti naskah atau literatur yang diakui secara ilmiah.
Apa yang disampaikan lebih kepada cerita dari para sesepuh secara turun temurun, sampai dengan generasi sekarang.
Namun, meski tidak diketahui tahun kejadian dari peristiwa itu yang memiliki kaitan sejarah itu, Desa Margacina termasuk kawasan permukiman yang cukup tua di Kabupaten Kuningan.
BACA JUGA:Inilah 6 Cara Merawat Kucing Peliharaan yang Harus Dilakukan Majikan agar Kucing Sehat dan Bahagia
Disampaikan Arif, menurut cerita orang-orang tua dahulu, awalnya desa ini bukan bernama Margacina. Tetapi sebuah kampung bernama Margahina.
“Nama ini terkait dengan kisah Lutung Kasarung. Yakni Ibu Ratu Purbasari yang dihina oleh saudara-saudaranya hingga dibuang di sebuah gunung,” kata Arif, memberikan penjelasan.
Di gunung tersebut Ratu Purbasari dibuang. Lalu memutuskan untuk melakukan pertapaan. Sehingga ada Situs Talupuh Sabebek yang merupakan bekas lokasi pembuangan dan pertapaan tersebut.
Sampai dengan sekarang, Situs Talupuh Sabebek masih ada, sekaligus menjadi penanda adanya peristiwa tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: lebakerang tv