Radarkuningan, KUNINGAN - Mendekati Hari Raya Idul Adha ini harga cabai merah dan rawit masih tinggi. Bahkan untuk jenis cabai jablay harganya sudah mencapai Rp120.000 per kilogram.
"Harga cabai jablay sekarang mencapai Rp120.000 per kilogram dari harga normal di kisaran Rp40.000 hingga Rp50.000, sedangkan cabai rawit biasa Rp70.000 per kilogram. Penyebabnya stok sedang kosong, karena faktor cuaca sehingga hasil panen petani banyak yang gagal," ujar Enah salah satu pedagang di Pasar Baru Kuningan kepada Radar Kuningan, kemarin (16/6).
Enah mengatakan, melonjaknya harga cabai rawit dan cabai jablay ini sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir ini. Rupanya, perubahan cuaca yang kerap berubah-ubah kadang panas kemudian turun hujan deras berdampak pada hasil panen.
"Katanya para petani cabai banyak yang mengalami gagal panen. Akibatnya ketersediaan di pasar sangat terbatas sehingga berdampak pada harga yang semakin melonjak," ungkap Enah.
BACA JUGA:Eco Enzyme Ampuh Berantas PMK, Tiga Hari Luka Langsung Kering dan Sapi Kembali Mau Makan
Selain cabai jablay, kata Enah, beberapa komoditi sayuran lain juga meroket. Seperti cabai merah dari harga normal di kisaran Rp35.000 kini mencapai Rp85.000, bawang merah kini Rp55.000 dari harga normal di kisaran Rp28.000, kol dan tomat Rp12.000 dari normal Rp6.000 serta timun Rp10.000 dari harga normal Rp7.000 per kilogram.
Kenaikan harga juga masih terjadi pada komoditi telur yang kini mencapai Rp28.000 dari harga normal Rp22.000 dan daging ayam Rp40.000 dari harga normal Rp33.000 per kilogram. Sementara harga minyak goreng curah, beberapa pedagang sudah menjual sesuai harga HET yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp15.500, namun beberapa masih menjualnya dengan harga Rp16.000 per kilogram.
"Pedagang yang menjual minyak goreng curah dengan Rp16.000 alasannya karena dia membeli dari pedagang lain dengan harga Rp14.500. Sehingga kalau dijual sesuai HET, mereka rugi. Tapi saya rasa selisihnya hanya Rp500 tidak terlalu besar, masih wajar," ungkap petugas pemantau harga dari Diskopdagperin Arisman. (fik)
BACA JUGA:Pabrik Tenun Bojong, Bangunan Bersejarah yang Kini Rata dengan Tanah