Namun, aksi tersebut diketahui oleh penjaga Kadipaten hingga menyebabkan mendapatkan hukuman berupa pengusiran dari Tuban.
Setelah pengusiran tersebut, Raden Said mengembara tanpa tujuan yang pasti tetapi tetap dengan misi yang sama, yakni merampok dan mencuri demi kepentingan rakyat kecil.
Kemudian dirinya menetap di hutan Jatiwangi, menjadi seorang berandal yang merampok orang-orang kaya yang melewati daerah hutan tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Desa Japara, Peundeuy Raweuy Berubah Nama Setelah Tragedi Pemenggalan Kepala Santri
Versi kedua mengungkapkan, sejak kecil Raden Said adalah sosok yang nakal dan tumbuh menjadi seorang yang sadis.
Beliau bahkan dikatakan pernah membunuh orang dan mendapatkan julukan Brandal Lokajaya.
Singkat cerita, kenakalan Raden Said berhenti setelah bertemu dengan Sunan Bonang dan bertobat.
Berdasarkan Serat Lokajaya, kala itu Raden Said tengah bersembunyi di hutan sambil mengintai calon mangsa yang lewat.
Kebetulan, saat itu terdapat orang tua yang menggunakan pakaian serba gemerlap yang tak lain adalah Sunan Bonang.
BACA JUGA:Sejarah Waduk Darma, 9 Desa Ditenggelamkan, Ada Rel Kereta di Dasar Air
Lantas, Raden Said langsung mendekat dan merampas harta dari Sunan Bonang, tetapi sang Sunan telah mengetahui niatnya tersebut dan mengeluarkan kesaktiannya dengan menjelma menjadi empat wujud.
Melihat hal itu, Raden Said merasa ketakutan dan melarikan diri. Namun, kemanapun dirinya pergi, selalu berhasil dihadang oleh Sunan Bonang.
Hingga pada keadaan terpojok, Raden Said merasa takut dan bertaubat kepada Yang Maha Kuasa.
Setelah peristiwa tersebut, Raden Said diangkat menjadi murid dari Sunan Bonang, dengan syarat bahwa Raden Said harus menunggu Sunan Bonang di pinggir sungai sambil menjaga tongkat miliknya.
Disebutkan, selama menunggu tongkat milik Sunan Bonang itu, Raden Said tertidur selama 3 tahun di pinggir sungai.
BACA JUGA:Badugang Jaya, Legenda Sangkuriang Versi Kuningan, Membuat Sungai dengan Alat Kelamin