Pada suatu hari, masyarakat dan tokoh-tokoh terkemuka di Kampung Cimuncang bermaksud melakukan perlawanan.
BACA JUGA:Desa Karangbaru Diteror Uyah Badag dan Melati, Ternyata Ini Khasiat dan Kegunaan
Mereka sepakat untuk menghentikan aksi semena-mena yang sering dilakukan oleh Ki Akmad kepada warga.
Perlawanan tersebut dipimpin oleh Embah Kyai Hasan Mutoyib dan beberapa tokoh masyarakat lainnya.
Tokoh masyarakat lainnya Singa Yuda, Embah Kyai Sayuti, Wangsa Candra dan Karmu berencana untuk membuat gerakan.
Para tokoh masyarakat tersebut, kompak menentang segala perintah dan kemauan dari Ki Akmad tadi.
BACA JUGA:Babak Baru Kredit Fiktif Karangbaru, Begini Kata Plt Camat Ciwaru
Hingga akhirnya terjadi perkelahian yang seru antara tokoh Masyarakat Kampung Cimuncang dan Ki Akmad.
Karena kalah jumlah, Ki Akmad akhinya kalah dan meninggal dunia di Sungai Citaal.
Mayat Ki Akmad tidak dikubur, melainkan ditenggelamkan ke Sungai Citaal dan digencat menggunakan batu besar.
Lokasi 'kuburan' Ki Akmad tersebut sampai sekarang terkenal dengan sebutan Leuwi Akmad.
BACA JUGA:HOROR, Inilah 11 Titik Teror 'Uyah Badag' di Desa Karangbaru, Pemuda Minta Bantuan Orang Pintar
Setelah aman dari gangguan Ki Akmad, tokoh-tokoh masyarakat kemudian berembug untuk mengubah nama Kampung Cimuncang.
Sekitar tahun 1864, Kampung Cimuncang dirubah nama menjadi Karangbaru, pemberian nama tersebut diambil dari kata 'Karang Anyar' yang artinya Babak Baru atau Karang yang Baru.
Dengan kata lain, Karangbaru mengandung arti memulai kehidupan baru yang sekian lama berada dalam penguasaan Ki Akmad.
Profil Desa Karangbaru Kuningan, awalnya merupakan suatu dusun yang berada di bawah pemerintahan Desa Garajati.