Angin bertiup pelan dan membuat badan menjadi segar. Tak ada polusi kendaraan. Apalagi kendaraan yang melintas jika sudah sore hari bisa dihitung dengan jari.
Dulu di era tahun 80 dan 90 an jauh sebelum berdiri objek wisata Sidomba, ruas jalan Peusing-Sayana ini jarang dilalui masyarakat. Sebab, kondisinya memang benar-benar rusak dan tidak tersentuh aspal.
BACA JUGA:Tampilan Keren Waduk Darma Kuningan, Bikin Puluhan Ribu Wisatawan Terpesona
Batu-batu besar dan kubangan air terhampar di ruas jalan. Mirip jalan yang sering digunakan kerbau. Hanya motor sejenis RX King saja yang bisa melintasi jalan ini.
Di masa itu, warga Peusing dan Sayana lebih suka memilih menggunakan ruas jalan lainnya yang berada di selatan jalan ini. Karena melintasi pemukiman warga meski mempunyai tanjakan yang sangat curam.
Kedua desa ini berada tepat di lereng Gunung Ciremai. Kedua desa ini juga dihubungkan oleh dua ruas jalan. Yakni di selatan dan utara desa.
Kini kedua jalan tersebut kondisinya mulus dan lebar. Jauh berbeda ketika jaman orde baru berkuasa.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Tunjuk Wagub Uu Jadi Pemimpin Jamaah Haji Jawa Barat
BACA JUGA:Harga Telur dan Sayur Masih Tinggi tapi Stok Aman, Satgas Pangan Kuningan Sidak Pasar
Meski sudah modern, ruas utara Peusing-Sayana tetap menyimpan keangkeran dan penuh misteri. Terutama di tanjakan tak jauh dari bangunan tempat yang dulunya dipakai menyimpan keranda.
Peristiwa yang tidak masuk akal pernah dan membuat bulu kuduk merinding dialami dua warga Sangkanerang, tetangga Desa Sayana di tahun 2006 an. Kedua warga tersebut sebut saja Utun dan Sopian.