”Kepercayaan mistik yang sangat kuat membuat warga enggan berburu harimau. Padahal, pemerintah (Belanda) menawarkan uang banyak bagi orang yang bisa membunuh harimau,” tulis Marsden.
Penghormatan itu jelas terlihat dalam kisah-kisah rakyat di Sumatera, yang di beberapa daerah menempatkan harimau sebagai buyut mereka.
Misalnya sebutan puyang di Sumatera Selatan, datuk atau inyiak di Sumatera Barat dan Jambi, serta opung di Batak. Demikian halnya di Jawa dan Bali dulu. Harimau merupakan sedikit dari binatang yang dihadirkan dalam wayang kulit.
Di Jawa sebutan harimau juga berkaitan dengan para leluhur misalnya Si Mbah, dan lainnya. Meski masyarakat Sunda umumnya menyebut Maung.
BACA JUGA:Investor Datang Bawa Uang, Bekas Objek Wisata Linggarjati Indah Kuningan Mulai Digarap Pihak Ketiga
Andreas Wilting dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research, Jerman dan timnya pada tahun 2015 menyebutkan bahwa hanya ada 2 jenis sub spesies harimau.
Andreas Wilting melakukan penelitian dan mempublikasikan temuan baru tentang kemiripan genetik Harimau Jawa dan Harimau Bali dengan Harimau Sumatera.
Studi yang dipublikasikan di Scinence Advance itu, mengusulkan taksonomi dan subspesies harimau yang baru, dengan menggabungkan tiga aspek yaitu morfologi, genetika dan ekologi.
Diusulkan, harimau hanya punya, dua subspesies, yaitu Harimau Sunda dan Harimau Kontinental.
BACA JUGA:Hewan yang Bisa Dipelihara di Kamar, Cocok Dijadikan Teman Anak Kost
Harimau Sunda terdiri dari Harimau Sumatera, Jawa serta Bali yang ada di Indonesia. Untuk harimau kontinental terdiri dari 6 subspesies sisanya yang tersebar dari Rusia hingga Malaysia.