Padahal, sebelum merdeka, Republik Tunisia merupakan negara Arab Muslim di Afrika Utara dengan pemikiran keagamaan Islam. Namun, sejak kemerdekaan, kebijakan negara lebih dipengaruhi kondisi sosial politik dalam negeri.
Akhirnya, berbagai kebijakan pemerintah Tunisia cenderung mengarah pada proses sekularisasi dan meminggirkan peran agama. Padahal Al Quran dan Hadits sebagai sumber hukum tertinggi di sana.
Abdul Syakur Yasin adalah seorang tokoh agama yang sangat populer. Bukan saja di kampung halamannnya di Indramayu, namun juga seantero Indonesia.
Baya Syakur lahir pada 12 November 1960 di Indramayu, Jawa Barat. Masa pendidikannya dari kecil hingga dewasa banyak dihabiskan di pondok pesantren. Dia secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Ponpes Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
BACA JUGA:Bikin Kucing Kapok Datang Ke Rumah! Yuk Simak 5 Cara Mengusir Kucing Liar Paling Ampuh
Lamanya belajar di pondok pesantren, membuatnya menjadi mahir dalam berbahasa Arab. Hal ini kemudian yang membuat Buya Syakur menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Buya Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo. Ketika menjadi mahasiswa di sana, Buya diangkat menjadi ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Kairo.
Buya Syakur selesai dengan skripsi sarjananya yang berjudul “Kritik Sastra Objektif terhadap Karya Novel-novel Yusuf as-Siba’i (Novelis Mesir). Kemudian pada tahun 1977, Buya Syakur menyelesaikan ilmu Al-Qur’an di Libya. Pada tahun 1979, dia menyelesaikan sastra Arab.
Dua tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1981, Buya telah menyeselesaikan S2-nya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, kemudian diangkat menjadi staf ahli di kedutaan besar Tunisia.
BACA JUGA:Giliran Kyai se-Kabupaten Bekasi Sepakat Dukung Prabowo - Gibran
Pada tingkat doktoral, Buya Syakur, mengambil kuliah di London, Inggris. Dengan konsentrasi ilmu yang dikaji tentang dialog teater. Dia lulus pada tahun 1985.
Pada tahun 1991 Buya Syakur kembali ke Indonesia, setelah kurang lebih 20 tahun menempuh pendidikan akademiknya di Timur Tengah dan Eropa.
Kemudian, Buya Syakur berdakwah di kampung halamannya Indramayu. Di tahun 1995 mendirikan sebuah pondok pesantren di Indramayu. Bertepat di Jl By Pass Kertasemaya KM 37 RT 01 RW 01 Cadangpinggan, Sukagumiwang, Indramayu.
Kini, Buya Syakur telah tiada. Namun pemikiran dan hasil karyanya masih dinikmati oleh khalayak, di mana pun berada. Sekamat jalan Buya! (*)