RADARKUNINGAN.COM - Kerusakan jembatan penghubung Desa Wilanagara, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, membuat petani harus menyeberangi Sungai Cisanggarung untuk menuju ke sawah atau lahan pertanian.
Setidaknya ada 70 hektare lahan pertanian yang terancam terisolir karena kerusakan jembatan tersebut.
Di tengah kondisi musim tanam sepreti sekarang ini, mereka terpaksa menerjang arus Sungai Cisanggarung. Meksi tidak banyak petani yang berani.
Salah seorang petani, Rasyim mengatakan, menyiasati garapan sawah, para petani terpaksa harus menyeberang Sungai Cisanggarung.
BACA JUGA:Ini Nama Ras Aslinya, 5 Fakta Unik Kucing Kampung yang Ada di Indonesia, Tidak Banyak Orang Tahu
Pasalnya, ada sekitar 52 dari 72 hektare sawah yang masuk dalam musim tanam kedua.
"Jembatan rusak. Jadi terpaksa menyeberang kali karena tidak ada jalan lain. Kalaupun ada muternya jauh," kata Rasyim, kepada radarkuningan.com, Senin, 3, Juni 2024.
Karena tidak bisa dibawa menyeberang, sepeda motor petani sampai traktor yang biasa dipakai untuk menggarap sawah, terpaksa menepi di ujung jembatan.
Selain khawatir akan hilangnya barang mereka, kondisi tempat yang jauh dari pemukiman, membuat kekhawatiran bertambah.
BACA JUGA:Baunya Bikin Tikus Trauma, Ini Dia 6 Bahan Dapur yang Efektif Usir Tikus di Rumah
"Kalau ada barang yang datang terpaksa digotong dan harus menyeberang kali. Ada jalan lain di Dukuh, tapi itu jauh. Motor gabisa lewat," tambahnya.
Sementara itu, Jembatan Semar ini dibangun dengan memakan waktu dua tahun pada 1987 - 1989. Setelah 35 tahun, jembatan tersebut akhirnya tak kuat menahan derasnya aliran air Sungai Cisanggarung.
"Kami telah lama memantau kondisi jembatan ini. Pada tahun 2022 lalu, pemerintah desa sempat memperbaiki pondasi jembatan yang terkikis dengan menambalnya menggunakan batu."
"Perbaikan ini berhasil menopang badan jembatan selama dua tahun," kata Kepala Desa Wilanagara, Asep Sudiana, kepada radarkuningan.com.
BACA JUGA:Sebaiknya Hindari! Berikut 5 Pohon Yang Sering Menjadi Tempat Persembunyian Ular