Congklak Masih Ada, KKN Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kuningan Lestarikan Kearifan Lokal

Senin 22-07-2024,14:32 WIB
Reporter : Andre Mahardika
Editor : Yuda Sanjaya

RADARKUNINGAN.COM - Di tengah gempuran permainan digital yang semakin marak, ternyata masih ada sekelompok anak-anak di Desa Citapen, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan yang antusias memainkan permainan tradisional congklak.

Bunyi biji-bijian yang beradu saat dipindahkan dari lubang ke lubang lainnya menjadi pemandangan yang cukup langka di era modern ini.

Keberadaan permainan congklak di desa ini menjadi angin segar bagi para pecinta budaya tradisional.

Salah seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kuningan (UMK) yang juga ketua kelompok, Ahmad Fauzan mengungkapkan, pemandangan yang ditemukan saat terjun langsung ke warga, membuat ia dan rekannya merasa kagum.

BACA JUGA:Bukan Lewat CAS! Ini Strategi PSSI Untuk Melegalkan Maarten Paes di Bulan September nanti!

Pasalnya, di tengah melekatnya gadget dengan beragam permainan dan sarana yang ditawarkan, warga desa dimaksud justru masih melestarikan salah satu permainan klasik hingga saat ini.

"Alhamdulillah, saya dan teman2 takjub dan tersentuh saat melihat permainan congkak masih ada di desa tempat kami KKN," kata Fauzan, kepada radarkuningan.com.

Setelah turut serta berbaur tak hanya dengan kalangan anak anak, Ahmad menuturkan, bersama rekan mahasiswa lainnya, berinisiatif untuk menghidupkan kembali permainan tradisional.

Adapun rencana kegiatan dimaksud, diantaranya dengan mengadakan berbagai kegiatan, seperti sosialisasi tentang sejarah serta manfaat permainan congklak.

BACA JUGA:Baunya Gak Hilang-hilang? Ini 8 Langkah Hilangkan Bau Pesing di Karpet Ulah Kucing, Mudah dan Ampuh!

"Kami melihat bahwa permainan congklak memiliki banyak manfaat, selain melatih motorik halus, congklak juga dapat melatih kemampuan berhitung dan meningkatkan daya konsentrasi," tuturnya. 

Senada dengannya, salah satu mahasiswa lainnya mengatakan, melalui permainan tradisional ini, diharapkan generasi muda dapat lebih menghargai nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Kemudian dapat terhindar dari pengaruh negatif budaya asing.

Dikatakannya, setiap daerah pasti memiliki budaya yang menjadi nilai kearifan lokal. Namun, kelestarian daripada permainan tradisional, terkadang mulai berkurang ditemui.

BACA JUGA:Jika Gagal di September, Maarten Paes Dijamin Berlaga di Oktober dan November, Berikut Alasannya!

Kategori :