Sesar Ciremai Disebut Jadi Penyebab Gempa Kuningan, Begini Penjelasan dari BMKG

Jumat 26-07-2024,08:07 WIB
Reporter : Andre Mahardika
Editor : Yuda Sanjaya

Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, dampak gempa bumi diantaranya kerusakan pada 4 bangunan.

Kerusakan terjadi pada bangunan rumah sebanyak 3 unit dan 1 musala.

“Rusak ringan dan sedang. Tapi itu masih bersifat laporan sementara. Akan terus kita perbaharui informasinya nanti melalui media,” kata Kalak BPBD Kuningan, Indra Bayu Permana, kepada radarkuningan.com.

Menurut Indra, BPBD juga masih terus melakukan monitoring dan menghimpun laporan dari masyarakat.

BACA JUGA:Rekomendasi Aplikasi Workout untuk iPhone, Cocok Untuk Kamu yang Hoby Olahraga

Sejauh ini, kerusakan bangunan terjadi pada Musala Nurul Huda di Desa Kertawirama Kecamatan Nusaherang, Cimulya Wetan Desa Jagara, Kelurahan Purwawinangun dan di Desa Kasturi.

“Sampai dengan saat ini kita pantau terus menerus, alhamdulillah sejauh ini tidak ada korban jiwa,” katanya.

BPBD juga berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait dampak dari gempa yang terjadi di Kabupaten Kuningan.

Sebab, wilayah Kota Kuda berdekatan dengan Gunung Ciremai yang masih aktif.

BACA JUGA:Ketahui, Cara Cek IMEI iPhone, Ponselmu Legal atau Ilegal?

Hasil koordinasi dengan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memastikan gempa tektonik dangkal tidak mempengaruhi aktivitas vulkanik di Gunung Ciremai.

“Kita memang wilayah berdekatan dengan Gunung Ciremai. Gempa ini tidak terpengaruh atau mempengaruhi aktivitas vulkanik Gunung Ciremai,” katanya.

Menurut Indra, mayoritas wilayah di Kabupaten Kuningan merasakan geteran gempa dengan kekuatan bervariasi.

Terkait dengan sesar atau patahan penyebab gempa, sejauh ini belum teridentifikasi apakah jalur dari Sesar Baribis atau lainnya.

BACA JUGA:Piala Presiden 2024: Persib Bandung Kembali Gagal Lolos ke Semifinal Usai Dikalahkan Persis Solo

“Kami belum bisa menjustifikasi, BMKG juga belum. Tapi setiap daerah memungkinkan memiliki patahan lokal,” katanya.

Kategori :