"Sudah dibilangin teman sih, tapi pas praktik tetap saja kaku. Tapi ya seru juga," ujarnya.
Sementara itu, Sri Hayati mengaku banyak mendapat wawasan baru selama mengikuti bimbingan, terutama tentang pentingnya membangun keluarga yang harmonis.
"Insya Allah kami akan menikah minggu depan. Semoga bisa membangun keluarga yang sakinah," harapnya.
Kepala KUA Indramayu, Darmawan Sugiharto menjelaskan, meski baru ramai diperbincangkan belakangan ini, metode Tepuk Sakinah sebenarnya sudah diterapkan di wilayahnya sejak lebih dari satu tahun lalu.
BACA JUGA:Rancangan APBD Kabupaten Majalengka Tahun 2026 Turun, Ini Rinciannya
BACA JUGA:Tunggu Hasil BAP, Lanjutan Kasus Dugaan Pelecehan Guru Terhadap Murid SD
"Kami menggunakan Tepuk Sakinah sebagai cara mencairkan suasana, supaya peserta tidak bosan selama menerima materi," kata Darmawan.
Ia menyebut, Tepuk Sakinah bisa dilakukan di awal kegiatan sebagai pembuka, di tengah sesi untuk menyegarkan suasana, atau bahkan di akhir sebagai penutup.
Dalam bimbingan tersebut, peserta diberikan materi inti tentang lima pilar keluarga sakinah: Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (akad yang kuat), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling mencintai dan berbuat baik), Musyawarah (komunikasi dalam keluarga), dan Taradhin (saling ridha).
“Kelima pilar itu coba kami kemas secara lebih interaktif agar peserta tidak hanya duduk dan mendengarkan saja,” ujarnya.
Selain Tepuk Sakinah, KUA Indramayu juga mengadakan simulasi drama konflik rumah tangga yang diperankan oleh petugas.
Peserta kemudian diminta memberi tanggapan dan solusi terhadap konflik yang ditampilkan. Tak jarang, contoh-contoh konflik diambil dari video pendek atau sinetron yang akrab di masyarakat.
Metode ini dinilai efektif mendorong calon pengantin untuk berpendapat, dan belajar memecahkan masalah secara bersama.
“Dari drama itu biasanya peserta akan langsung menilai dan memberi saran. Itu jadi bahan diskusi yang bagus untuk membuka wawasan mereka,” terang Darmawan.
Materi lain yang turut disampaikan meliputi pengelolaan keuangan, kesehatan reproduksi, serta peran dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
Darmawan menyebut, testimoni dari peserta menunjukkan bahwa pendekatan bimbingan yang lebih interaktif ini dinilai menyenangkan dan mudah dipahami.