Jalan Lingkar Timur Punya Nama Baru, Bupati Dian Resmikan Nama Jalan Eyang Kyai Hasan Maulani
Jalur Lingkar Timur di Kabupaten Kuningan sepanjang 13 kilometer, yang menghubungkan Tugu Ikan di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus hingga Tugu Sajati di Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan, kini secara resmi diberi nama Jalan Eyang Kyai Hasan Maulani. --
“KH Eyang Hasan Maulani dahulu berjuang melawan penjajahan. Kini, kita meneruskan perjuangan itu dengan memerangi kebodohan dan kemiskinan. Semoga nama beliau menjadi pengingat bahwa sejarah bukanlah peninggalan masa lalu, tetapi lentera bagi masa depan,” tegas Bupati Dian.
Sementara itu, Toni Kusumanto, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kuningan, menyampaikan bahwa sebelumnya nama Eyang Hasan Maulani telah digunakan di sebuah jalan kecil yang menghubungkan Desa Ancaran dan Karangtawang.
BACA JUGA:Jambore Penyuluh Pertanian Jawa Barat, Kuningan Catat Surplus Beras 93 Ribu Ton
BACA JUGA:Jalan Rusak Japara-Cengal-Cikeleng Ditambal Dulu, Perbaikan Total Tunggu Opsen PKB
Ucapan terima kasih juga datang dari H. Yusron Kholid, cicit dari Eyang Kyai Hasan Maulani dan mantan Kepala Kementerian Agama Kuningan. Ia menyampaikan apresiasi atas penetapan nama ini.
“Kiai Hasan Maulani bukan hanya milik keturunannya, melainkan bagian dari sejarah besar masyarakat Kuningan, tanah Sunda, dan Indonesia,” ungkapnya.
Diketahui, Eyang Kyai Hasan Maulani lahir di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, pada hari Senin Legi, 22 Mei 1782 Masehi (8 Jumadil Akhir 1196 Hijriyah).
Ia merupakan putra dari Kyai Tubagus Lukman dan Ny. Murtasim. Keduanya menetap di Lengkong dan mendirikan pesantren Roudlotuttholibin.
BACA JUGA:Polres Kuningan Gelar Rotasi Perwira, Kabag Ops dan Kasat Lantas Pindah Tugas
BACA JUGA:Madrasah Mualaf Cigugur Diresmikan Wabup Tuti
Menurut buku Mengenang Sang Kyai Sedjati Eyang Maulani karya Abu Abdullah Hadziq, Eyang Maulani—atau dikenal juga sebagai Eyang Manado—merupakan ulama kharismatik asal Lengkong yang dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara, setelah Perang Diponegoro pada abad ke-19.
Beliau dikenal luas sebagai pemimpin yang berani, menolak tunduk kepada penjajah, dan setia kepada rakyatnya.
Selain sebagai ulama, beliau juga dikenal memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Diceritakan, beliau menjalani hidup penuh kesederhanaan, bahkan tidak pernah makan kenyang demi mengamalkan nilai-nilai hidup.
Peresmian ini turut dihadiri oleh perwakilan Forkopimda, Kemenag, Pj Sekda, kepala dinas, camat, kepala desa, Ketua MUI, serta anggota Paguyuban Keluarga Besar KH. Hasan Maulani dari Lengkong–Kuningan.(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
