Hubungan Unik Harimau dengan Orang Jawa, Sumatera dan Bali, Diposisikan Terhormat, Dipanggil 'Mbah Buyut'

Hubungan Unik Harimau dengan Orang Jawa, Sumatera dan Bali, Diposisikan Terhormat, Dipanggil 'Mbah Buyut'

Hubungan unik harimau dengan masyarakat di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali.-KLHK-radarkuningan.com

BACA JUGA:4 Alasan Kenapa Kucing Berak Berdarah yang Perlu Diperhatikan, Ini Cara Menolongnya!

Di Jawa, harimau sudah dinyatakan punah. Begitu pula harimau yang ada di Sumatera. Sepertinya sudah tak lagi mendapat tempat di hutan-hutan tersisa di pulau itu.

Hal ini seiring pembukaan hutan untuk perkebunan secara besar-besaran, membuat pertarungan antara harimau dengan manusia pun kian menguat. 

Perlawanan terhadap harimau ini sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Belanda. Pemerintah kolonial itu memang menetapkan harimau sebagai binatang buruan yang harus dimusnahkan.

Belanda memang bisa begitu seenaknya. Sebab, mereka tidak dicekam mitos-mitos bahwa harimau itu dianggap sebagai nenek moyang atau leluhur.

BACA JUGA:5 Cara Mengajari Kucing Kampung Berak dan Buang Air di Toilet, Para Pemilik Kucing Wajib Tau!

Karena tidak memiliki kearifan lokal itu, maka Belanda memimpin pembantaian besar-besaran harimau di Jawa dan Bali. Hal itu, seiring dengan pembukaan lahan pertanian dan permukiman yang merangsek ke hutan, ketika itu.

Parahya, kebiasaan buruk kolonial itu diteruskan hingga saat ini. Yang menganggap harimau itu adalah pengganggu dan musuh. Layak untuk dimusnahkan.

Maka tak heran, karena prinsip tersebut, konflik antara manusia dan harimau tak bisa dielakkan. Perburuan terhadap satwa ini pun tak terkendali. 

Pada ujungnya, Harimau Jawa sudah dinyatakan punah sejak 1980. Satwa yang selalu dianggap sebagai “Mbah Buyut” ini pun sekarang tinggal cerita. (*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait