ASN Bergelar Doktor Bertambah

ASN Bergelar Doktor Bertambah

KUNINGAN – Aparatur Sipil Negara (ASN) Kuningan yang bergelar Doktor kian bertambah. Baru saja salah satunya didapat Dr Jumhari, ASN Kuningan yang kini menjabat Kabid Konservasi Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kuningan. Judul disertasi yang diajukan Jumhari yakni “Konfigurasi Unit Hidrostratigrafi Endapan Vulkanik Gunung Ciremai Bagian Timur Berdasarkan Kandungan Kimia dan Isotop Stabil 18O dan 2H (Deuterium) Air Tanah Kabupaten Kuningan”. Tim Promotor yang telah mengujinya terdiri dari Prof Dr Ir Hendarmawan MSc (Ketua), Dr Ir Zufialdi Zakaria MT (Anggota), dan Dr M Sapari Dwi Hadian ST MT (Anggota). Sidang promosi Doktor digelar di Fakultas Teknik Geologi, Unpad Bandung, akhir pekan kemarin. Ikut mendampingi Jumhari, istri dan ketiga anaknya. Jumhari, lahir di Kuningan 24 Mei 1974 dari pasangan H Abdulah dan Hj Sukiyah (Alm). Ia menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sampora kemudian di SMPN 1 Cilimus dan SMAN 2 Cirebon, dan melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik Geologi Universitas Padjadjaran tahun 1993 yang diselesaikan pada tahun 1998. Gelar Magister diperoleh pada tahun 2010 dari Program Studi Teknik Geologi, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Ia menikah dengan Lilis Supriatin SH, dan telah dikaruniai 3 orang anak, yakni Ardho Glory Abdulah, Najwa Victory Abdulah, dan Yoga Fath Abdulah. Jumhari berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemda Kabupaten Kuningan sejak tahun 2006. Jabatan terakhir sebagai Kepala Bidang Konservasi Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan sampai sekarang. Gunung Ciremai bagian timur dipilih menjadi daerah penelitian, karena Gunung Ciremai merupakan daerah sumber air tanah bagi jutaan orang di Kabupaten Kuningan dan sekitarnya. Sehingga keberlanjutan air tanah menjadi hal yang penting dan perlu diteliti keberadaannya. “Keberlanjutan air tanah sangat menentukan terhadap pemenuhan kebutuhan air di Kabupaten Kuningan dan sekitarnya,” kata Jumhari kepada Radar Kuningan, kemarin (23/2). Penelitian tersebut, lanjut Jumhari, untuk mengetahui kontrol geologi dan unit Hidrostratigrafi terhadap pola aliran air tanah, mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan musim terhadap interaksi perubahan kimia air tanah, dan mengetahui bagaimana validasi isotop stabil 18O dan 2H, 14C terhadap sistem recharge dan discharge.

Adapun output penelitian, selain menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan air tanah, juga berupa publikasi pada jurnal nasional dan internasional baik yang sudah publish maupun yang masih dalam proses, di antaranya Kontrol Geologi Terhadap Perubahan Kimia Airtanah pada Sistem Akuifer Vulkanik di Lereng Timur Gunung Ciremai (Dinamika Rekayasa, 117-128, Vol 15, No 2, 2019)
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama aktualitas dan relevansi, Jumhari telah melakukan verifikasi terhadap berbagai data untuk menunjukkan bahwa kontrol geologi berpengaruh pada aliran air tanah, perubahan musim berpengaruh pada kimia air tanah dan morfologi mempengaruhi isotop air hujan dan percampuran air tanah mempengaruhi isotop air tanah sehingga penetapan zona recharge perlu memastikan morfologi purba dan tidak terjadi percampuran air tanah. Kedua segi praktis, yakni pengelolaan air tanah di Kabupaten Kuningan dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini, serta ketiga berupa sumbangan kepada Ilmudalam hal ini penelitian tersebut dapat menambah pengembangan ilmu geologi yang berinteraksi dengan ilmu kebumian lainnya, terutama dalam menangani pengelolaan air tanah dan penanganan masalah keberlanjutan air tanah. Dalam penelitian itu, selain menggunakan metode survei lapangan dan analisis dan penalaran, Jumhari menggunakan pengujian laboratorium, pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif, analisa grafik, diagram, tabel, dan peta. Sedangkan tingkat orisinalitas penelitianpenelitian dengan pendekatan deduksi-hipotetikal-verifikasi mengenai Konfigurasi Unit Hidrostratigrafi Endapan Vulkanik Gunung Ciremai Bagian Timur Berdasarkan Kandungan Kimia dan Isotop Stabil 18O dan 2H (Deuterium) Air Tanah Kabupaten Kuningan, belum pernah dilakukan sebelumnya, apalagi dengan pendekatan kuantitatif. Sehingga, disertasi Jumhari ini akan menjadi pintu masuk bagi penelitian lainnya dan menjadi sumbangan yang sangat signifikan terhadap penelitian-penelitian baru terkait air tanah di Kuningan. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: