Jelang Agustusan, Bokor Kuningan Dipercantik

Jelang Agustusan, Bokor Kuningan Dipercantik

KUNINGAN - Kendati perayaan Kemerdekaan RI dan Hari Jadi Kuningan masih cukup lama, namun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kuningan telah melaksanakan persiapan memperingati hari besar tersebut. Salah satunya dengan pengecatan ulang Tugu Bokor di Bundaran Cijoho serta area Taman Pandapa, seberang Pendopo Setda Kuningan. Tugu Bokor Kuningan yang dibangun sejak kepemimpinan H Aang Hamid Suganda itu keadaannya cukup memperihatinkan. Cat dan bagian-bagian tertentu yang menggunakan semen sudah mengelupas serta berubah warna dari warna emas menjadi “koleas”. Bokornya pun di beberapa sudut mulai menghitam terkena jamur. Beberapa hari belakangan, tugu tersebut sudah kembali ke warna semula, yakni emas alias “herang boncenang”. Hal ini membuat pengguna jalan dari arah Cirendang, Ancaran, Purwawinangun maupun Jananuraga terkesima akan keindahan Tugu Bokor yang bermandikan warna kuning. Sehingga mengundang decak kagum akan keindahannya. Kepala DLH Kabupaten Kuningan Wawan Setiawan SHut MT mengungkapkan, salah satu tugas pokok dinasnya adalah melaksanakan perawatan pertamanan. Dari sekian banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, sementara yang rutin seperti persampahan berjalan secara reguler. Pertamanan di Kabupaten Kuningan menurutnya sudah cukup banyak yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup, hanya saat pandemi Covid-19 kurang mendapat perhatian. Karena semua elemen di DLH fokus membantu Gugus Tugas Covid-19. Setelah sedikit mereda, baru pihaknya melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang lain. “Kenapa beberesih dimulai dari Tugu Bokor dan Pandapa? Kita memiliki alasan tersendiri. Salah satunya bahwa bokor memiliki nilai tinggi dalam sejarah peradaban Kabupaten Kuningan, termasuk Pandapa. Nilai-nilai itu memengaruhi juga dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara di Kuningan,” terang Wawan, Senin (13/7). “Tata nilai itu harus dilesatarikan secara paripurna. Bukan semata-mata tugu dan bokor yang terbuat dari Kuningan yang sekarang dipajang. Melihat Bokor dan Pandapa sama artinya mengajak kita memandang masa lalu dan menatap masa depan Kabupaten Kuningan. Sama seperti lampu mobil depan dan lampu mobil belakang,” imbuhnya berfilsafat. Masih kata Wawan, apa kaitannya antara Bokor, Pandapa dengan Dinas Lingkungan Hidup di masa sekarang? Justru sangat berkaitan erat, yakni sistem kebaruan pemerintahan dari semula Kuningan adalah kerajaan menjadi Keadipatian dan kabupaten yang diresmikan oleh Pemerintahan Belanda. Namanya sistem pemerintahan, lanjut dia, tentu ada sangkut pautnya dari sistem tata negara. Jika Bokor adalah simbol pemerintahan baru, maka Pandapa adalah bentuk dari tata cara pemerintahan itu sendiri. Di mana masyarakat memberikan kepercayaan kepada pemimpinnya melalui seba atawa saptuan (kemudian menjadi sapton, red). “Sama artinya Dinas Lingkungan Hidup sebagai penjaga dan perawat tata nilai yang sudah terbangun melalui simbol-simbol yang ada. Bukan berarti seluruh kebudayaan, sebab lingkungan hidup merupakan bagian kecil dari sistem kebudayaan secara universal. Saya ambil contoh, baju merupakan bagian dari kebudayaan peradaban,” ucapnya. Ia melanjutkan, begitu juga sama artinya taman, tugu, kebersihan itu merupakan bagian kecil dari kebudayaan yang harus mendapatkan perhatian. Karena akan menunjukkan peradaban manusia pada zaman sekarang. Keindahan, Kebersihan, dan Keamanan (K-3) adalah respons manusia sekarang atas kehidupan lingkungan yang indah. “Makanya, saya berusaha mentransformasikan pemikiran ini menjadi proses lingkungan hidup yang baik. Untuk mengejawantahkan lingkungan yang baik, membuat program namanya Kuningan Geulis. Artinya Gerakan untuk Lingkungan Indah dan Sehat (Geulis),” pungkas Wawan. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: