Terapkan Digitalisasi, Perpus Desa Pasayangan Sukses Jadi yang Terbaik se-Jawa Barat

Terapkan Digitalisasi, Perpus Desa Pasayangan Sukses Jadi yang Terbaik se-Jawa Barat

Sepintas, tak ada yang mencolok di Balai Desa Pasayangan, Kecamatan Lebakwangi. Bangunan yang berada tepat di Jalan Raya Luragung-Kuningan itu nampak biasa-biasa saja. Bahkan bagian depan gedung balai desa masih dibiarkan tanpa cat mentereng. Tapi di balik kesederhanan bangunan, tersimpan potensi besar budaya literasi. Bubud Sihabudin, Lebakwangi Letak perpustakaan yang diberi nama Jendela Dunia itu menempel di sebelah timur bangunan gedung serbaguna Balai Desa Pasayangan. Dua ruangan memanjang digunakan pengelola perpustakaan melayani masyarakat. Pintu masuk perpustakaan sendiri dibuat dari kaca sehingga terlihat modern. Sebuah meja penerima tamu seolah menjadi batas antara tamu yang datang dengan rak-rak yang menyediakan ribuan buku. Di bagian dalam ruangan berjejer komputer serta foto bergambar Presiden dan Wakil Presiden RI. Koleksi buku yang disediakan perpustakaan ini terbilang komplet. Hebatnya, semua judul buku di perpustakan Jendela Dunia ini sudah terintegrasi di jaringan komputer. Sehingga pembaca yang berada di rumah dan memerlukan buku bacaan yang dibutuhkannya, tinggal mengakses di aplikasi yang sudah disediakan pengelola. Tak heran jika perpustakaan Jendela Dunia ini menjadi yang terbaik di Jawa Barat. Predikat nomor satu itu diraih pada lomba perpustakaan tingkat Jawa Barat. Atas raihan ini, Jendela Dunia mewakili Jawa Barat untuk perlombaan di tingkat nasional. Terpilihnya menjadi juara pertama tak lain karena didukung dengan kelengkapan koleksi buku, sistem pelayanan digital maupun fasilitas penunjang lain. Penobatan juara pertama tingkat Jawa Barat diumumkan langsung Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya pada 18 Juli lalu. Gelar juara ini sekaligus mengantarkan Perpustakaan Jendela Dunia untuk bersaing di level pusat. Kepala Desa Pasayangan Nana Juandana mengungkapkan, jika aktivasi perpustakaan itu agar kembali eksis, berdasarkan musyawarah desa. Sebab sebelumnya, selama bertahun-tahun cenderung tidak aktif. Kemudian ditunjuk seorang warga bernama Irfan Ali sebagai kepala perpustakaan, agar bisa berinovasi dan kembali meningkatkan minat baca masyarakat. “Hasilnya luar biasa. Berkat dukungan banyak pihak, ruangan yang tidak begitu digunakan dirancang menjadi perpustakaan dengan dukungan penambahan buku dari Pemda Kuningan. Inovasi selanjutnya adalah situs base web yang dikembangkan menjadi aplikasi android, sebagai media pencarian buku sekaligus akses akun setiap anggota perpustakaan,” papar Nana. Menurutnya, sebagai perpustakaan modern, setiap anggota memiliki kartu elektronik untuk melakukan peminjaman buku. Setiap buku memiliki barcode, sehingga data buku otomatis tercatat di akun anggota. “Saya tidak terlalu memahami teknologi makanya saya serahkan sepenuhnya kepada Pak Irfan untuk mengelola perpustakaan. Untuk anggaran, Pemdes Pasayangan mengalokasikan anggaran kepada perpustakaan yang setiap tahunnya terus bertambah. Sekarang masyarakat Pasayangan bangga karena perpustakaan ini bisa meraih prestasi di level regional,” sebutnya. Kepala Perpustakaan Jendela Dunia Irfan Hilmi menambahkan, bahwa fasilitas perpustakaan memiliki ruangan multimedia. Sehingga terdapat beberapa komputer untuk digunakan warga desa. Bahkan satu komputer dirancang bagi kalangan diabilitas tunanetra berikut sebuah lemari berisikan koleksi buku berhuruf braile. “Kemudian di ruangan lain terapat tempat belajar gamelan, hingga ruang bermain anak sembari belajar. Kami juga memiliki koleksi buku anak dan sejumlah mainan,” imbuhnya. Hal unik yang lain yakni adanya pohon literasi. Sebuah pohon berdaun kertas dengan tulisan testimoni singkat bagi mereka yang selesai membaca. “Terakhir selain tempat membaca di dalam ruangan, disediakan pula tempat membaca berupa gazebo di halaman perpusdes,” tukasnya. Sebagai perwakilan Jabar di lomba perpusdes tingkat nasional mendatang, pemdes beserta tim perpustakaan terus mengupayakan inovasi supaya minat baca warga meningkat. Misalnya saja dengan rencana kehadiran perpustakaan sepeda keliling dan perluasan tempat membaca. Bahkan sejauh ini, pihak pemdes telah mewajibkan seluruh perangkat desa setiap hari membaca buku selama 15 menit sebelum pekerjaan dimulai.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: