Dorong Sekolah Aktifkan Ekskul, Rana: SDM dan Infrastruktur Sekolah Mengalami Kemunduran
KUNINGAN – Guna membangunkan kembali nilai-nilai karakter anak sekolah pasca nyaris dua tahun tidak masuk sekolah (Pembelajaran Tatap Muka), mulai saat ini perlu dibangkitkan kembali berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, mulai dari SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA.
Dorongan tersebut disampaikan Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Kabupaten Kuningan Rana Suparman SSos, saat berkunjung bersama jajarannya ke MTs dan MA Mursyidul Falah Desa Cikubangsari Kecamatan Kramatmulya, Senin (4/10).
“Ketika pandemi yang sudah cukup lama ini, hampir dua tahun, jelas perlu adanya penyiapan kembali sumber daya manusia, terutama anak didik kita. Maka dari itu, pasca pandemi semua kekuatan lembaga pendidikan harus mempersiapkan kembali kegiatan ekskul yang ada di sekolah masing-masing. Ini untuk membangunkan kembali nilai karakter siswa di sekolah,” kata Rana.
Menurut Rana, banyak sekali cerita yang didengarnya baik dari guru maupun orang tua siswa SD, SMP bahkan SMA, ketika saat ini sudah mulai proses pembelajaran tatap muka, ternyata ada anak yang rambutnya gondrong, bahkan sampai-sampai ada yang badannya sudah ditato. Hal ini menjadi salah satu dampak negatif dari lamanya siswa tidak masuk sekolah.
“Kan sangat memprihatinkan sekali, dan ini realitas yang perlu kita jawab bersama-sama. Kalau yang orang tuanya guru, mungkin tidak terlalu kerepotan mengajari anak di rumah. Tetapi bagi orang tua yang lain, banyak cerita memang sangat kerepotan. Makanya pendidikan di sekolah itu sangat menentukan, karena terkadang anak-anak itu lebih nurut kepada gurunya ketimbang kepada orang tua,” ujar Rana.
Hal itulah, kata Rana, yang mengetuk jajaran Kwarcab Pramuka Kabupaten Kuningan untuk turun ke sekolah-sekolah dalam rangka mengecek langsung kondisi siswa, guru, dan juga infrastruktur sekolah. Hasil temuannya saat berkunjung ke sejumlah sekolah sebagai sample, ternyata tidak hanya SDM-nya yang mengalami kemunduran pasca pandemi, namun infrastrukturnya juga mengalami hal yang sama.
“Banyak infrastruktur sekolah yang hampir dua tahun tidak digunakan, ternyata mengalami kerusakan. Kami turun ke lapangan ini tidak dalam kerangka kegiatan politik, tapi ini kegiatan moral kita untuk peduli kepada ruang-ruang pendidikan,” sebutnya.
Menurut Rana, selama dua tahun tidak mengikuti proses pembelajaran sekolah tatap muka, sama saja dengan 10 tahun Indonesia mengalami degradasi pendidikan. Hal tersebut jelas sangat mengerikan, sehingga membutuhkan kerja ekstra dari semua pihak, khususnya sekolah untuk memupuk kembali pendidikan karakter bagi siswa.
“Tidak menutup kemungkinan ini juga perlu ada analisis yang tajam dari tim pengajar di semua lembaga pendidikan. Karena tidak menutup kemungkinan bapak ibu guru akan mengalami sebuah kekagetan dengan kondisi karakter anak didiknya yang berubah. Ini semua bisa saja terjadi,” ungkap Rana.
“Akan kaget dan terjadi bahwa anak didik kita berubah. Karena apa? Karena ada masa kekosongan jiwa. Dalam teori tabula rasa ini adalah kekosongan jiwa. Banyak di lingkungan kita, maka terisilah kekosongan jiwanya,” imbuh Rana.
Yang bakal ikut kerepotan, lanjut Rana, tidak hanya guru sekolah dan orang tua, melainkan juga banyak pihak lain. Termasuk para alim ulama yang harus menyampaikan pesan moral keagamaan kepada penerus bangsa, sehingga kembali terpupuk jiwa-jiwa yang kuat.
“Semua pihak harus berproses lagi dengan sabar untuk mengembalikan karakteristik anak-anak ini. Maka dari itu, kami di Pramuka ingin mengajak seluruh komponen untuk kembali mengaktifkan lagi kegiatan-kegiatan ekskul, salah satunya Pramuka. Ini untuk mengembalikan lagi memori anak-anak di sekolah yang hilang selama 2 tahun ini,” ajaknya.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Pembina sekaligus pendiri Yayasan Pondok Pesantren Mursyidul Falah Desa Cikubangsari, KH E Yahya Abdul Malik, Kepala MA Mursyidul Falah Asikin SPdI, Kepala MTs Mursyidul Falah Tarmidi SAg, serta para guru yang kala itu mengenakan seragam Pramuka untuk menyambut kedatangan Ketua Kwarcab Pramuka Kuningan, Rana Suparman SSos.
Sebelum berkunjung ke MTs dan MA Mursyidul Falah Cikubangsari, Rana beserta jajaran Kwarcab Pramuka Kuningan, terlebih dahulu mengunjungi sejumlah sekolah, di antaranya SMPN 1 Kramatmulya dan SDN 1 Cilowa. Di kedua sekolah ini, Rana pun mengecek kondisi infrastruktur sekolah yang terdapat beberapa kerusakan akibat ditinggal para siswa selama hampir 2 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: