Misteri Tanjakan Sidomba, Desa Peusing Kuningan, Bertemu Dua Makhluk Serba Putih Sedang Loncat-Loncat

Misteri Tanjakan Sidomba, Desa Peusing Kuningan, Bertemu Dua Makhluk Serba Putih Sedang Loncat-Loncat

Ilustrasi--

KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM- Banyak tempat di Kabupaten Kuningan yang penuh misteri. Sebagian masyarakat percaya tempat-tempat itu dihuni makhluk gaib.
 
Bahkan ada juga yang pernah melihat langsung makhluk gaib tersebut. Salah satu ruas jalan yang menyimpan misteri yakni tanjakan menuju objek wisata Sidomba, Desa Peusing, Kecamatan Jalaksana.
 
 
 
Hari Kamis siang di tahun 2006, Sopian dan keluarganya kedatangan kakak iparnya yang datang bersama istri serta anaknya. Kakak iparnya tinggal di desa lain. Cuacanya di desanya sedang tidak bersahabat.
 
Selepas Dzuhur, hujan turun lumayan deras. Menjelang sore, curah hujan mengecil tinggal gerimisnya saja. Gerimis itu berlangsung sampai Maghrib. 
 
Usai Shalat Maghrib, dirinya mengeluarkan motor untuk mengantar sang kakak ipar karena mau pulang. Sopian mengajak sepupunya, Utun untuk ikut mengantarkan kakak iparnya pulang sampai jalan raya.
 
 
 
Masih di tengah hujan gerimis, mereka berangkat dari rumah menggunakan dua motor. Dia membonceng Utun, sedangkan kakak iparnya membonceng istri dan anaknya.
 
Untuk mempersingkat waktu tempuh, mereka sepakat mengambil jalur Sangkanerang- Sayana-Sidomba-Peusing-Bandorasa Kulon yang berujung ke jalan raya Kuningan-Cirebon di Desa Bandorasa Wetan.
 
Sopian tidak mengambil jalur ke arah Sembawa, Manuskidul atau juga Sayana-Peusing-Manislor. Pikirannya hanya ingin lebih cepat sampai dan kondisi jalan juga cukup mulus. 
 
 
 
Di tengah rintik-rintik hujan dan memakai jas hujan, mereka melaju menggunakan dua motor meninggalkan desanya. Tak ada hambatan selama menuju Desa Sayana. Laju motor tetap lancar, meski gerimis tak kunjung berhenti. Motor pun melewati pintu gerbang objek wisata Sidomba. 
 
Selepas Sidomba, kondisi jalanan mulai menurun. Diterangi lampu motor yang tidak terlalu terang, dalam diam, mereka melajukan motornya. Tak ada obrolan karena gerimis tak kunjung surut.
 
Situasi di ruas jalan itu sangat sepi, kendati belum memasuki waktu Isya. Maklum saja masih gerimis dan malam Jumat. Tak ada kendaraan yang melintas. Hanya suara knalpot kedua motor yang dinaikinya saja yang terdengar.
 
 
 
Saat memasuki turunan yang cukup tajam, tepatnya tak jauh dari bangunan tempat menyimpan keranda, mata Sopian, Utun dan kedua saudaranya mulai melihat hal aneh. 
 
Semakin dekat, makin jelas. Ditambah lampu jalan menyorot ke depan dan menerangi sebuah benda yang membuat jantung berdegup kencang. Keringat dingin mulai bercucuran. Namun mereka tetap melajukan motornya dengan kecepatan sedang. 
 
Ketika semakin dekat ke bangunan, mata mereka semakin awas melihat sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebuah bayangan putih dalam posisi berdiri nampak di jalan masuk pemakaman umum yang ada di samping bangunan keranda. Tak lama kemudian sebuah bayangan putih juga muncul dari arah pemakaman.
 
 
 
Kedua bayangan putih itu cukup lama menampakan diri di gerbang masuk jalan menuju pemakaman. Bayangan putih yang muncul belakangan nampak meloncat-loncat menuju ke pinggir jalan. Sekitar dua menit, mereka menyaksikan peristiwa aneh seumur hidupnya.
 
Mulut mereka terkunci. Keringat mulai bercucuran. Mereka tak mampu bersuara. Ada perasaan takut dan waswas melihat hal aneh yang terjadi di depan matanya.
 
Tapi untuk berhenti, baik Sopian maupun kakak iparnya tidak punya keberanian. Takutnya tidak kepalang tanggung. Mereka hanya bisa melapalkan doa-doa. 
 
Mereka tidak berani menatap langsung ke arah dua bayangan putih yang muncul tiba-tiba tersebut. Hanya dengan ekor mata saja untuk melihatnya. Sedangkan kedua tangan tetap memegang stang motor dan tak berhenti.
 
 
 
Perasaan dan hati keempat orang itu mulai lega setelah agak jauh dari tanjakan. Namun mereka tetap bungkam dan tak bicara saking syoknya.
 
Setibanya di sebuah pedagang martabak tak jauh dari simpang empat Bandorasawetan, mereka memilih berhenti untuk melepas ketegangan dan memesan martabak.
 
Mereka lantas menceritakan penglihatannya ketika berada di tanjakan. Ternyata mereka melihat hal yang sama, dua bayangan putih yang berdiri dan loncat-loncat.
 
 
 
Karena masih didera rasa takut, Sopian dan Utun memilih menggunakan jalur lain untuk kembali ke rumahnya. Tak berani melintas jalur Sidomba.
 
"Saya, sepupu dan kakak ipar serta istrinya melihat dua bayangan putih itu. Tadinya saya pikir orang yang mau berbuat jahat dengan cara menakut-nakuti. Tapi ketika satu bayangan terlihat loncat-loncat barulah saya takut luar biasa. Meski sudah lama berlalu, tapi saya tak bisa melupakannya sampai sekarang," ujar Sopian dan Utun. (Agus)
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: