Konflik Manusia dan Harimau, Sudah Lama Terjadi dan Tercatat dalam Sejarah

Konflik Manusia dan Harimau, Sudah Lama Terjadi dan Tercatat dalam Sejarah

Konflik Manusia dan Harimau, Sudah Lama Terjadi dan Tercatat dalam Sejarah-Betahita-Radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM- Konflik manusia dengan harimau tercatat dalam sejarah terjadi di salah satu desa di Provinsi Jambi sehingga mengakibatkan korban nyawa.

Sejarah mencatat bahwa konflik manusia dengan harimau sudah tidak aneh lagi, sebab sudah terjadi bahkan di era kolonialisasi Belanda. 

Bahkan ada sebuah desa yang penduduknya habis dimangsa oleh harimau. Konflik ini terjadi karena wilayah nya yang berdekatan antara harimau dan pemukiman manusia. Sehingga korban jiwa pun tentu tak bisa dihindari.

Pada baju catatan yaitu buku History Of Sumatera (1783) ditulis oleh William Marsden terkait konflik manusia dengan harimau Sumatera .

Ribuan orang tewas karena konflik dengan harimau ini. Penduduk yang habis dimangsa Harimau Sumatera ini terjadi di Desa Renah Kemumu, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

BACA JUGA:Penduduk Desa Ini Habis Dimangsa Harimau, Nyaris Tak Bersisa

"Jumlah orang yang dimangsa oleh harimau sangat banyak. Bahkan saya pernah mendengar tentang sebuah desa yang penduduknya habis dimangsa Harimau, "tulis Wesdem.

Kemudian catatan sejarah ini ditulis kembali dan dipublikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dengan judul harimau terakhir.

Harimau Sumatera memang disebut sebagai harimau terakhir yang ada di Indonesia dan kini terancam punah.

Harimau Sumatera ini termasuk spesies harimau Sunda, yang memiliki kekerabatan dengan harimau Jawa dan harimau Bali.  Sedangkan harimau Jawa dan Bali sudah punah sejak lama.

BACA JUGA:Harimau Sumatera Sesungguhnya Harimau Sunda, Kok Bisa? Begini Penjelasannya

Konflik antara manusia dan Harimau Sumatera juga ditulis oleh Sejarawan Peter Boomgaard dalam bukunya Frontiers Of Feat: Tigersband people in teh Malay World, 1600-1950 (2001) mengatakan bahwa, jumlah orang yang tewas akibat dimangsa Harimau di Pulau Sumatera, pada tahun 1818-1855 rata-rata mencapai 1.000 orang per tahun.

Rata-rata sebanyak 800 orang per tahun terjadi di Lampung. Hal tersebut menggambarkan berapa serius nya konflik harimau dengan manusia ini hingga menimbulkan ribuan korban.

Menurut Marsden, meski banyak korban jatuh, masyarakat Sumatera sata itu jarang berburu harimau karena mereka percaya bahwa harimau Seung dikaitkan dengan leluhur mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: