Respons BTNGC Terkait Laporan Puluhan Pohon Endemik Gunung Ciremai Mati: Masih Dalam Penyelidikan

Respons BTNGC Terkait Laporan Puluhan Pohon Endemik Gunung Ciremai Mati: Masih Dalam Penyelidikan

BTNGC merespons laporan terkait temuan puluhan pohon endemik Gunung Ciremai yang mati.-Bubud Sihabudin-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM – Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) telah merespons adanya laporan dugaan perusakan yang menyebabkan puluhan pohon endemik di Gunung Ciremai mati.

Dugaan sementara, tanaman  endemik tersebut sengaja dimatikan untuk perluasan tanaman kopi robusta yang kini diperkirakan luasnya telah mencapai 2 hektare.

Namun, dugaan ini masih dalam proses penyelidikan. Oleh karena itu, BTNGC telah mengirimkan tim untuk mengecek lokasi.

“(Laporan) masih dalam proses penyelidikan, kami merespons atas informasi yang disampaikan masyarakat. Kami sudah mengirimkan petugas untuk ground check dan melakukan lidik,” kata Kepala BTNGC, Maman Surachman, saat dihubungi radarkuningan.com, Kamis, 25, Januari 2024.

BACA JUGA:MIRIS! Pohon Endemik Gunung Ciremai Mati, Ada yang Dibakar, Diduga untuk Tanaman Kopi

Dijelaskan dia, penyelidikan tersebut juga tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dan menjaga kondusivitas. Jangan sampai nantinya malah menimbulkan konflik horizontal.

Apalagi, di lokasi Blok Kemuning dulu memang masuk dalam kawasan hutan produksi, sebelum berstatus Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

Ketika dalam pengelolaan Perhutani, area tersebut menjadi tempat untuk program PHBM (pengelolaan hutan bersama masyarakat).

Waktu itu, tanaman yang dipilih untuk Blok Kemuning, Desa Linggarjat, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan adalah tanaman kopi robusta.

BACA JUGA:8 Cara Mengatasi Kucing Susah Buang Air Besar, Lakukan Ini Sebelum Telat

“Sehingga di situ ditemukan tanaman kopi dan lainnya. Tapi setelah menjadi taman nasional, itu masuk ke zona rehab. Karena ada tanaman kopi, jadi harus dilakukan rehabilitasi,” tuturnya.

BTNGC berusaha melakukan pemulihan ekosistem. Caranya dengan mengembalikan tanaman-tanaman asli.

"Untuk pemilihan tanaman lokal, tentu kita harus studi referensi habitat. Minimal pohon yang ada di sekitaran," katanya

Upaya rehabilitasi ini masih terus dilakukan. Termasuk program lain seperti adopsi pohon yang sudah berhasil menambah luasan hutan di Blok Lempong Balik hingga 10-12 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: