Penderita HIV/AIDS di Kuningan Didominasi LSL, Apa Itu?

Penderita HIV/AIDS di Kuningan Didominasi LSL, Apa Itu?

ILUSTRASI. Terjadi penurunan jumlah penderita HIV/AIDS sepanjang tahun 2024 di Kabupaten Kuningan.--Radar Kuningan

KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM - Penderita HIV/ADIS di Kabupaten KUNINGAN, bertambah 140 orang di Tahun 2024. Mayoritas Penderita adalah LSL. Apa itu?

Subkor Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, Iud Sudirman, menjelaskan, jumlah angka penderita HIV/AIDS mengalami penurunan di tahun 2024.

Jika di tahun 2023 tercatat 170 orang penderita, di tahun 2024, penderita HIV/AIDS berjumlah 140 orang.

Iud yang didampingi stafnya, Nike memaparkan, bahwa penderita penyakit tersebut masih didominasi oleh Laki Seks Laki atau LSL. 

BACA JUGA:Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kuningan Bertambah 140 Orang

Yang dimaksud dengan LSL, adalah pria yang dari segi fisik normal dan terlihat gagah namun memiliki orientasi seksual yang menyimpang.

"LSL ini berbeda dengan waria. Dari segi fisik, baik LSL maupun waria adalah lelaki. Namun perbedaannya, LSL nampak terlihat macho dan gagah, sedangkan waria yaitu pria yang berpenampilan kemayu," terang Iud.

Sementara itu, penderita lainnya dialami oleh pengguna jarum suntik atau Penanus, Pekerja Seks Komersial (PSK), dan waria. 

Namun ada juga ibu hamil yang terpapar penyakit tersebut dan terdeteksi ketika yang bersangkutan menjalani pemeriksaan kesehatan di pusat layanan kesehatan atau puskesmas milik pemerintah.

BACA JUGA:Awas Penipuan Berkedok Makan Bergizi Gratis, Posisi Ini yang Ditawarkan

Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan, tersebar hampir merata di seluruh di wilayah kecamatan yang ada di Kota Kuda.

Iud berharap, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan, angkanya terus menurun di tahun-tahun mendatang. 

"Kami juga terus melakukan pemantauan dan pengawasan di lapangan dengan melibatkan tenaga kesehatan dan layanan kesehatan di Puskesmas-Puskesmas,” ujarnya.

Iud menambahkan, penyakit HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, di mana stigma dan diskriminasi terhadap penderita di masyarakat, masih cukup tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: