Selama dalam pelariannya, Nyi Ratna Herang berhenti di berbagai tempat yang menjadi asal muasal nama tempat tersebut hingga sekarang.
Dalam pelarian pertama, Nyi Ratna mandatangi sebuah tempat yang sudah ada penghuninya.
Masyarakat yang melihat kedatangan sosok perempuan cantik tersebut merasa aneh dan terkagum-kagum.
BACA JUGA:Sejarah Waduk Darma, 9 Desa Ditenggelamkan, Ada Rel Kereta di Dasar Air
“Dalam bahasa Sunda Giur, atau kagum, sehingga disebutlah tempat tersebut Cigugur,” ujar H Abung.
Tetapi, hehadiran kakak ipar yang terus membuntutinya, menyebabkan Nyi Ratna kembali kabur ke arah timur.
Hingga akhirnya Nyi Ratna melewati sebuah tempat yang merupakan tegalan (sawah yang tidak terurus, dipenuhi rumput), dan dirinya membuat tulisan dengan sebuah ranting di tanah tegalan tersebut.
“Sampai akhirnya, tempat tersebut dinamai Desa Panulisan,” tutur H Abung.
BACA JUGA:Sejarah Tahun Baru Islam 1 Muharram, Kebimbangan Para Sahabat Nabi
Kakak ipar yang terus mengikutinya, membuat Nyi Ratna Herang kembali kabur ke arah Timur lagi.
Akhirnya sampai di suatu tempat, dan penduduk sekitar merasa terpesona dengan sosok Nyi Ratna.
Diceritakan H Abung, Nyi Ratna memiliki rambut panjang yang indah, untuk merapihkan, dibutuhkan batangan bambu untuk menyisir rambutnya.
“Mereka sangat mengagung-agungkan sosok Nyi Herang, sehingga tempat tersebut dikenal dengan Luragung,” beber pria yang berumur 82 tahun ini.
BACA JUGA:Tempat Wisata Instagramable di Kuningan Jawa Barat, Suasana Kastil di Palutungan
Merasa terus dibuntuti, Nyi Ratna kembali melarikan diri dan sekarang lari ke sebelah Selatan kemudian ke sebelah Barat.
Di akhir pelarian, Nyi Ratna menemukan sebuah situ dengan air yang sangat jernih (herang), dirinya lalu memutuskan untuk duduk di pinggir situ.