Pengunjung sama sekali tidak boleh menyentuh apalagi sampai duduk di kursi tempat para delegasi duduk.
Selama tour edukasi sejarah, pengunjung mendapatkan secara rinci apa saja yang terjadi selama proses perundingan.
Dengan sabar dan telaten petugas juga menjelaskan nama-nama delegasi dari tiga negara yang hadir saat perjanjian.
Agus Suparman, petugas dari Balai Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Serang, Banten mengatakan, meja dan kursi yang ada di ruang utama tidak seluruhnya asli ketika perundingan dilangsungkan.
Ada beberapa mebeler di antaranya terpaksa diganti barang replika lantaran faktor usia mebeler.
"Untuk kursi para delegasi dari tiga negara itu adalah replika. Yang asli ini lemari besar dari kayu. Meski replika, tapi posisi kursi dan meja masih asli ketika perundingan dilangsungkan. Tidak ada yang ubah posisinya," jelas Agus Suparman.
Agus pun mengungkapkan seluruh delegasi Perundingan Linggarjati menginap di gedung tersebut namun beda kamar.
Delegasi Indonesia menempati dua kamar, begitu juga Delegasi Belanda. Posisi kamar Delegasi Indonesia dan Belanda saling berhadap, hanya terpisah koridor saja.
"Untuk penengah perundingan yakni Lord Killearn dari Inggris, kamarnya di belakang. Tidak berdekatan dengan Delegasi Indonesia dan Belanda. Ada satu kamar lagi yang digunakan yakni untuk seorang Profesor dari Belanda," papar Agus.
BACA JUGA:Yuk Liburan ke Gedung Perjanjian Linggarjati Kuningan, Ada Kibaran 10.001 Bendera Merah Putih Lho !
Dia menambahkan, kamar-kamar yang digunakan para delegasi beristirahat dan menginap tidak dilengkapi kamar mandi.
Sehingga ketika akan ke kamar mandi, semua delegasi harus ke bagian belakang gedung.
"Tidak ada kamar mandi di setiap kamarnya. Semuanya harus menggunakan kamar mandi bergantian yang ada di bagian belakang gedung. Ukuran kamar mandinya juga lebar dan luas. Ada bak permanen untuk menampung air," kata Agus.