Mereka adalah anggota dari Geodesy Research Division, Faculty of Earth Science and Technology, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pada abstrak dari makalah tersebut diulas bahwa salah satu permasalahan akibat penurunan muka tanah adalah miringnya bangunan.
Di tempat-tempat di mana terjadi penurunan permukaan tanah secara diferensial, mungkin benar-benar melihat bangunannya miring.
Jakarta adalah kota besar di Indonesia yang mengalami penurunan permukaan tanah secara signifikan (misalnya 1-26 sentimeter per tahun) saat ini (saat penelitian dilakukan).
Isu miringnya bangunan akibat penurunan permukaan tanah di Jakarta memang sedang hangat diperbincangkan. Ada satu gedung bertingkat yakni Menara Saidah yang dinilai miring.
Akibatnya bangunan tersebut ditinggalkan. Gedung kantor DPR juga dikabarkan akan miring. Tetapi, vonis miring tersebut hanya berdasarkan keterangan, bukan dilakukan dengan metode ilmiah.
Sehingga perlu dilakukan pengukuran yang nyata dan berdasarkah kaidah ilmiah. Apalagi di Jakarta terdapat lebih dari dua ratus gedung bertingkat yang didirikan.
Pada penelitian yang dilakukan, tim menggunakan survei Pemindai Laser Terestrial untuk menyelidiki masalah gedung bertingkat.
Teknologi ini mampu membuat objek 3D dengan akurasi milimeter. Kemiringan bangunan dapat dilihat hanya dari vertikalitasnya.
"Kami telah memilih beberapa bangunan bertingkat tinggi untuk diukur secara akurat, terutama jika terjadi penurunan permukaan tanah yang besar," tulis makalah tersebut.
Adapun hasil dari kesimpulan penelitian yang dilakukan, tim menemukan vertikalitas bangunan yang diselidiki masih dalam batas toleransi.
Gedung yang dilakukan pengukuran tersebut tidak hanya satu. Tetapi beberapa, dengan tujuan dapat melakukan perbandingan. Tim melakukan kajian terhadap gedung seperti Menara Saidah, Apartemen Aston, Apartemen MOI dan Gedung MNC.
BACA JUGA:CUMA 1,5 JAM! Rata-rata Waktu Tempuh ke Bandara Kertajati dari Berbagai Daerah di Jawa Barat