4. Loop 4 : Hamparan 1 hektar.
Dalam integrated farm ini, terdiri dari ternak sapi, kambing, pakan ternak, hewan lain (ayam, bebek, ikan) dan sayur-sayuran. Juga ada usaha pendukung. Di farm ini ada pabrik tahu, pakan ternak dan rumah makan.
Idealnya minimal 1 hektar, sehingga tiap hari ada uang masuk dari penjualan sayur-sayuran, dan ikan. Kemudian juga secara bergilir bisa menjual kambing dan domba.
5. Loop 5: Piring
Hasil semua usaha ini adalah dibuktikan di piring. Piring yang dimaksud adalah hasil yang bisa dinikmati di lidah dan menghasilkan cuan.
Di Farm ini, setiap hari ada uang masuk. Sementara uang masuk dan keluar dibantu dengan aplikasi Living Mandiri. Masing-masing loop ini selalu dikontrol outputnya, supaya sesuai target.
Sri Darmono Susilo memang sudah berpengalaman lebih 20 tahun menggeluti dunia pertanian ini. Dia pun mendalami hingga ke luar negeri. Ilmu-ilmu pertanian dari Amerika Serikat, Australia, Eropa, Jepang dan New Zealand pun sudah dia kuasai.
Bahkan untuk mendapatkan indukan yang prima saja, dia sampai harus belajar menyuntik inseminasi yang diajarkan oleh JICA. Yang merupakan Badan Kerja Sama Internasional Jepang. Sebuah lembaga yang didirikan Jepang untuk membantu negara-negara berkembang.
Beberapa daerah sudah menerapkan sistem ini. Selain di Cikampek Jawa Barat, sistem closed loop Sri Darmono Susilo ini sudah diterapkan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Bahkan juga di Sulawesi Selatan.
Sri Darmono Susilo memang memberikan sumbangsih dalam model pertanian terintegrasi. Selain lebih ramah lingkungan, juga bisa menghasilkan produktivitas berkali lipat.
BACA JUGA:8 Jenis Ikan yang Baik untuk Makanan Kucing Kampung, Bikin Gemuk dan Sehat
MIB Farm, mencoba menerapkan integrated farming dengan closed loop system. Yang menghubungkan seluruh elemen pendukung terintegrasi dan saling terhubung input dan outputnya.
Tanah pertanian sudah terlalu "sengsara" dijejali dengan segala macam pupuk kimia. Cara ini sebagai upaya mengembalikan ke pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Pertanyaanya, mengapa pemerintah tidak menyambut baik sistem Sri Darmono Susilo ini? Tak mungkin pemerintah melepas pupuk kimia pabrikan. Di pupuk ini banyak “sesuatu” yang bukan rahasia umum lagi. (*)