Sosok naga yang tadinya begitu sentral, mulai hilang cahayanya atau bahkan ditinggalkan. Tokoh spiritual sentral dalam kepercayaan prasejarah adalah naga, namun digantikan oleh tokoh lain dari agama baru, seperti Siwa dalam Agama Hindu.
Konsep pentingnya naga atau ular besar tidak sepenuhnya ditinggalkan, namun penggambarannya diadaptasi menyerupai naga yang dikenal oleh orang India, China, dan Eropa.
Sementara itu, peran tokoh-tokoh yang mewakili kebaikan dan kejahatan pada masa prasejarah nampaknya masih bertahan pada periode tertentu, meskipun datangnya sejumlah berbagai unsur budaya dari luar Jawa.
Lambat laun konsep baik dan jahat juga dipengaruhi oleh gagasan budaya luar Jawa. Nama dan bentuk berubah tetapi banyak aspek yang tampaknya bersifat universal.
BACA JUGA:Minamino Mengaku Tak Kuasa Bendung Lemparan Bola Pratama Arhan: Lebih Jauh dari Perkiraan
Penggambaran sosok baik yang tersenyum dan sosok jahat yang menyeringai dan bertaring sudah dikenal pada masa prasejarah di Situs Batu Naga dan masih berlanjut hingga saat ini.
Adanya sosok naga pada Situs Batu Naga di Kabupaten Kuningan juga sekaligus menjadi penanda tafsiran masyarakat lokal terhadap mahluk ini, karena bentuk maupun penafsirannya berbeda sama sekali dengan naga versi China dan Eropa. (*)