Namun situasi berbeda kemungkinan dialami masyarakat dari Jawa yang diberangkatkan sekitar tahun 1940-an. Sebab, mereka secara sukarela datang untuk bekerja.
Penduduk dari Jawa yang dikirimkan kebanyakan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian juga dari Sunda.
Sementara dari wilayah Kabupaten Kuningan, setidaknya ada 30 orang yang menjadi buruh di Suriname.
Mereka berasal dari daerah seperti Haurkoneng, Gandasoli, Karangmangu, Ciawigebang, Awirarangan, Cijoho, Darma, Bojong Cilaja dan lain-lain.
BACA JUGA:Rumah Tambah Estetik, 5 Tips Dekorasi Rumah dengan Tanaman Sirih Gading agar Tidak Merambat
Salah satu dari buruh tersebut adalah Anta yang diberangkatkan pada 27 Juli 1925, seorang pria dari Bojong Giboeg.
Ketika itu, Anta berangkat saat berusia 23 tahun menumpang kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok menggunakapan Kapal Samarinda.
Pelayaran selama kurang lebih 3 bulan itu, membawa Anta tiba di Pramaribo. Kemudian Anta bekerja di perkebunan Belwaarde.
Di Suriname, Anta bekerja sejak 13, September 1925 sampai dengan 13 September 1930.
Selain Anta juga terdapat sedikitnya 17 nama yang dikirimkan dari Kabupaten Kuningan ke Suriname.
Mereka adalah Adnawi (asal Randoebawa), Ahmad (Sampora), Bok Boeminah (Tjilimoes), Darma (Sangkanberang; maksudnya Sangkanherang?), Hoesen (Tjilimoes).
Berikutnya, Miranta (Tjilimoes), Nji Siti (Bebean), Nji Soeirah (Timbang), Perwatawidjaja (Bandar Sakoelon, maksudnya Bandorasa Kulon), Ratam (Sadametjah), Ratoem (Komarong/Kamarang?), Sakim (Kadoeëla).
Saleh (Djalaksana), Sawat (Randoekawa/Randobawa?), Soemantra (Djalakrama), Tahar (Koreak) dan Tjatrak (Tjilimoes).
BACA JUGA:Bikin Rumah Jadi Lebih Estetik, 5 Dekorasi Tanaman Kering Ini Gak Kalah Cantik dengan Tanaman Segar
Dari banyaknya penduduk Jawa yang dikirim ke Suriname tersebut, tidak sedikit kemudian tidak kembali ke kampung halamannya.