"Kalau di ilmu arkeologi, ketika ada satu bangunan disebut sebagai artefak yang diam. Bila ingin mengetahui fitur arkeologi dan umur, bisa dari artefaknya. Misalnya mainan dari kayu, atau sisa kehidupan manusia."
"Tapi bisa juga diambil dari paleosol atau tanah purba ketika artefak itu didirikan," kata Danny menjelaskan.
BACA JUGA:Kapan Anda Boleh Memberi Makanan Kering pada Kucing? Berikut Penjelasannya
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menyayangkan pencabutan jurnal tersebut hanya dikarenakan adanya ketidaksetujuan dari satu pihak. Bukan berdasarkan penelitian yang dilakukan.
Sedangkan mengenai istilah piramida yang digunakan pada Situs Gunung Padang, Danny meminta publik tidak terjebak.
Sebab, bentuk piramida memang bermacam-macam. Tidak seperti yang ada di Mesir saja. Adapun di Indonesia dikenal dengan sebuah punden berundak. Atau dalam bahasa internasional disebut step pyramid.
"Jangan terjebak ke istilah piramida atau bukan. Tapi, Gunung Padang adalah sebuah artefak," tandasnya.
Bentuk Gunung Padang lebih mirip seperti piramida Maya. Di atasnya datar. Kemiringan di sisi kanan dan kiri sama sekitar 30 derajat.
Tapi ada yang menarik. Yakni, di bagian barat justru membulat. Berbeda dengan yang ada di Mesir atau Maya.
Yang perlu diketahui, Gunung Padang ini ada di puncak dari bukit alamiah. Lapisannya hanya sekitar 30 meter.
Sehingga secara struktur, Gunung Padang memang merupakan sebuah bukit alamiah. Namun di atasnya dibangun struktur oleh manusia.
BACA JUGA:7 Tanaman Hias Indoor Penghasil Oksigen Di Ruangan, Yuk Simak Jenis-Jenisnya Disini