Setelah lulus dari ITB, Ratu Tisha sempat bekerja di perusahaan perminyakan Schlumberger. Selama bekerja di sana, ia juga sempat berpindah-pindah negara.
Mulai dari Amerika Serikat, Kairo, Mesir, Cina, hingga Inggris. Mendalami dunia sepak bolaMeski sempat bekerja di perusahaan perminyakan, Tisha masih menyimpan kegilaannya dengan sepak bola.
Ia pernah mengikuti seminar sepak bola di Jepang, Belgia, dan Denmark. Di samping itu, Tisha mendirikan LabBola, perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyedia data analisis di Indonesia.
Tisha juga mendaftar program FIFA Masters untuk menimba ilmu tentang sepak bola lebih jauh lagi selama satu setengah tahun.
Di sana, ia mempelajari beberapa studi, seperti Sport Humanity, Manajemen Olahraga, dan Hukum Olahraga.
Aktif berkarier di dunia sepak bolaPada 2016, Tisha bersama PT Gelora Trisula Semesta (GTS) mengadakan ajang Indonesia Soccer Championship (ISC). Ia menjabat sebagai direktur kompetisi ajang tersebut.
Alasannya menggelar kompetisi tersebut adalah untuk mengobati rindu pencinta sepak bola akan pertandingan sepak bola di Indonesia. Sebab, saat itu kompetisi sepak bola Indonesia sedang dibekukan oleh FIFA pada 2015.
Tisha sempat menjabat sebagai Direktur Kompetisi dan Operasional PT Liga Indonesia baru (LIB) pada kompetisi Liga 1 tahun 2017. Namun, ia hanya sebentar menduduki jabatan tersebut.
BACA JUGA:Inilah, Profil Frank Wormuth, Konsultan Timnas U-17 yang Ditunjuk PSSI
Pada 2017, Tisha mengajukan diri sebagai calon Sekretaris Jenderal PSSI.
Setelah melewati rangkaian uji kelayakan dan kepatutan, ia berhasil terpilih menjadi salah satu Sekjen PSSI menggantikan Ade Willington yang mengundurkan diri.
Saat itu, PSSI dipimpin oleh Edy Rahmayadi yang kemudian mundur dan terpilih menjadi Gubernur Sumatra Utara.
Pada 2020, Ratu Tisha memilih mengundurkan diri sebagai Sekjen PSSI yang kemudian digantikan oleh Yunus Nusi.
Harapan kembali ke federasiRatu Tisha kembali dibicarakan oleh warganet setelah tragedi Kanjuruhan memakan ratusan korban jiwa.