Ketika Burjo Kuningan Merambah Pulau Jawa, di Jogjakarta Ada 1.500 Warung
Warung Burjo Kuningan sudah merambah Pulau Jawa. -Asep Kurnia-radarkuningan.com
BACA JUGA:7 Tempat Wisata di Ciwidey, Dijamin Tak akan Menyesal setelah Berkunjung
"Warga di desa ini, 30 persennya itu merantau. Mereka mengadu nasib di luar kota. Ada yang buka usaha, ada yang jadi karyawan. Ya termasuk burjo," kata Eno.
Ciri khas masyarakat Kuningan, kata dia, adalah rasa tolong menolong yang sangat tinggi. Apalagi ketika mereka berada di perantauan.
Bila sudah ada yang sukses, mereka biasa mengajak saudara di kampung untuk pergi ke kota. Biasanya ikut usaha atau bekerja. Sehingga makin banyak warga yang hidup di perantauan.
"Sudah tradisi dari dulu banyak yang merantau, ada juga yang diajak saudaranya. Ya mungkin dulu kan lapangan kerja susah di Kuningan. Beda dengan sekarang," ungkapnya.
BACA JUGA:Warga Nanggerang Terjatuh ke Sumur, Dievakuasi Petugas UPT Damkar Kuningan, Alhamdulillah Selamat
Khusus dari Maleber, kata Eno, mereka yang membuka usaha biasanya Warung Burjo. Usaha ini dibuka tidak hanya di wilayah Jabodetabek, bahkan sampai ke Jogjakarta dan sekitarnya.
Peminat dari Warung Burjo Kuningan dengan cepat tumbuh. Dikarenakan usaha ini buka selama 24 jam. Sementara pada saat itu, masih jarang usaha yang berani non stop buka.
Kemudian harganya pun murah meriah, dengan menu yang sederhana. Sehingga burjo pun banyak tumbuh di daerah kampus. Sebab, harganya dianggap cocok di kantong.
Bahkan, sempat muncul istilah burjoisme atau mereka yang sangat suka nongkrong di burjo. Kebanyakan adalah mahasiswa dan anak kos.
BACA JUGA:Ada Seruan Boikot, McDonald's Indonesia Pasang Dekorasi Palestina, Lihat Penampakannya
Sejumlah sumber menyebut pioneer Burjo Kuningan, sejauh ini diyakini berada di Tembalang, Jogjakarta. Lalu di-copy ke tempat lainnya.
Usaha ini dengan cepat menjamur karena sistem pengelolaannya yang unik. Misalnya seperti yang dilakukan Ratim, pemilik salah satu Burjo di Kabupaten Kuningan.
Dia membebaskan karyawannya makan apapun yang ada di warung. Begitu juga kebutuhan lain seperti rokok. Yang terpenting adalah modal berputar.
Sebab, karyawan juga bertanggung jawab untuk belanja kebutuhan warung dan menyisihkan selisih dari hasil jualan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
